Kota Semarang memiliki aliran sungai yang cukup banyak. Tercatat ada 19 sungai yang tergabung dalam subsistem drainase kota yang langsung bermuara ke laut. Keberadaan sungai ini memberi manfaat yang cukup banyak seperti ketersediaan air tanah dan air untuk bahan baku pengolahan air bersih. Sayangnya, kondisi sungai lambat laun semakin memprihatinkan karena sungai semakin dangkal dan kotor.
Salah satu faktor yang memicu hal itu adalah ulah manusia yang bermukim di sekitar sungai. Tingginya permintaan tanah untuk permukiman menyebabkan beberapa daerah resapan air beralih peruntukannya. Kondisi ini menimbulkan erosi tanah terutama saat hujan turun karena air tidak terserap sehingga mengalir langsung ke sungai-sungai sambil membawa butiran tanah dan pasir. Partikel tersebut terlarut dalam air dan mengendap sedikit demi sedikit sehingga mendangkalkan sungai. Akibatnya, bila musim hujan tiba, sungai mudah meluap dan membanjiri daerah sekitarnya.
Saat ini, tingkat sedimentasi aliran sungai di Kota Semarang tercatat sudah lebih dari dua juta ton tiap tahun. Dari ke-19 subsistem drainase, subsistem Kali Beringin, Banjir Kanal Barat, Banjir Kanal Timur, dan Kali Babon merupakan penyumbang erosi terbesar karena masing-masing erosinya lebih dari 100.000 ton per tahun.
Ironinya, meski hal itu sering memicu banjir dan timbul genangan di beberapa titik kota, masyarakat belum tersadarkan. Perilaku tidak ramah lingkungan masih sering dilakukan sebagian warga seperti membuang sampah sembarangan dan bahkan mendirikan bangunan liar di bantaran sungai. (IWN, Litbang Kompas)
Post Date : 18 Juni 2009
|