Enam Rumah di Loksado Diterjang Banjir

Sumber:Kompas - 19 Oktober 2010
Kategori:Banjir di Luar Jakarta

BANJARMASIN, KOMPAS - Hujan deras yang turun sejak Senin (18/10) pukul 13.00 Wita di Pegunungan Meratus, Kalimantan Selatan, menyebabkan banjir pada pukul 17.00 Wita di Kecamatan Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan. Banjir terparah terjadi di Desa Malinau, sekitar 150 kilometer arah timur laut dari Kota Banjarmasin.

Kepala Bidang Penanggulangan Bencana Dinas Kesejahteraan Sosial Kabupaten Hulu Sungai Selatan Hamliansyah yang dikonfirmasi dari Banjarmasin, Senin pukul 19.30 Wita, menyatakan, ada enam rumah, satu tempat ibadah, dan satu sepeda motor di Desa Malinau yang terhanyut luapan Sungai Malinau.

Di daerah hulu Loksado, satu jembatan gantung di Sungai Amandit yang menghubungkan Tanuhi dan Desa Balimbing dilaporkan putus. ”Sejauh ini belum ada laporan korban jiwa. Kami masih menuju ke lokasi,” kata Hamliansyah.

Banjir berasal dari luapan beberapa anak sungai di pegunungan. ”Kami belum tahu berapa rumah yang terendam di Tanuhi,” ujarnya.

Loksado dikenal sebagai daerah tujuan wisata andalan di Kalsel. Selain atraksi budaya Dayak Meratus, keindahan alam pegunungan, air terjun, dan pemandian air panas alami di wilayah itu juga menarik untuk dinikmati.

Aktivitas belajar dimulai

Aktivitas belajar dan mengajar pada anak-anak pengungsi akibat banjir bandang di Wasior, Teluk Wondama, dan di kompleks pengungsian di Manokwari, Papua Barat, mulai berjalan, Senin.

”Hari ini kegiatan belajar- mengajar kami mulai. Ternyata siswa yang trauma bisa menyesuaikan diri,” kata Kepala Dinas Pendidikan Teluk Wondama Yulianus Sobei di kompleks pengungsian korban banjir bandang Wasior di Komando Distrik Militer 1703 Manokwari, Senin.

Yulianus memaparkan, kegiatan belajar-mengajar di Wasior diikuti sekitar 1.000 siswa dari tingkat TK, SD, SMP hingga SMA/SMK. Mereka menggunakan empat sekolah yang sudah dibersihkan, yaitu SD Yayasan Pendidikan Kristen Rasei, SD Inpres Tandia, SD YPK Wondiboi, dan SMP Rasei. Adapun kegiatan di kompleks pengungsian Manokwari diikuti 700 siswa dari semua tingkatan, mulai dari SD sampai SMA/SMK.

Menurut Yulianus, pada tahap awal, para pengajar tidak langsung masuk materi pelajaran formal, tetapi memberikan pengantar belajar dan memperbanyak tatap muka dengan murid. Salah satu materi utama adalah mitigasi bencana banjir.

”Kami masih memerlukan banyak tenaga pengajar. Namun, kami terkendala honor bagi guru,” kata Yulianus.

Koordinator Tanggap Bencana Kementerian Pendidikan Nasional, Lalang Saksono, mengatakan, pihaknya akan membantu pemerintah daerah untuk menormalkan aktivitas belajar- mengajar. Pos Komando Bencana Alam Wasior mencatat, tujuh sekolah rusak akibat banjir.

Bernard Manau (39), pengungsi di Kompleks Kodim 1703 Manokwari, mengatakan, pemerintah harus memprioritaskan pendidikan dan kesehatan anak.

Ketua PKK Kabupaten Manokwari Yuliana Mandacan memperkirakan ada sekitar 500 anak perlu makanan sehat dan tambahan gizi. PKK Kabupaten Manokwari bekerja sama dengan dinas kesehatan akan melakukan pemeriksaan kesehatan, seperti penimbangan berat badan, tinggi badan, dan pemberian makanan sehat. (WER/CHE)



Post Date : 19 Oktober 2010