Padang, Kompas - Hujan deras yang mengguyur Kota Padang sejak Senin malam hingga Selasa (9/3) pagi di tiga wilayah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Barat mengakibatkan dua orang hanyut.
Koordinator Pusat Pengendalian Operasional (Pusdalops) Penanggulangan Bencana Sumatera Barat Ade Edward, Selasa (9/3), mengatakan, selain Kota padang, Kota Pariaman, Kabupaten Agam, dan Kabupaten Padang Pariaman juga dilanda banjir.
Seorang petani yang belum bisa diidentifikasi hanyut saat masih berada di lahannya akibat tersapu banjir bandang akibat meluapnya Sungai Batang Gasan, Kecamatan Batang Gasan, Kabupaten Padang Pariaman, Senin (8/3) sore.
”Air naik hingga 2 meter dan semua penahan sungai di bagian kanan dan kiri ambrol,” kata Ade sembari menyebutkan, tidak kurang dari 50 rumah tergenang air dalam peristiwa tersebut.
Selain itu, air juga menggenangi badan jalan di sekitar Pasar Sungai Limau, Kecamatan Sungai Limau, Kabupaten Padang Pariaman, setinggi hingga sekitar 50 sentimeter. Arus kendaraan di lintas barat Sumatera itu sempat tersendat selama beberapa jam akibat genangan air tersebut.
Sementara itu, di Kota Padang, banjir terjadi dengan ketinggian air bervariasi di sejumlah tempat akibat hujan yang mengguyur deras sejak Senin sore hingga Selasa pagi. Sejumlah ruas jalan juga tergenang air akibat mampatnya saluran air dan gorong-gorong air yang relatif tidak berfungsi.
Lebih besar
Sebagian masyarakat mengeluhkan banjir tahun ini yang jauh lebih besar dibandingkan dengan banjir tahun sebelumnya. Ramadoni Satry, salah seorang warga yang tinggal di sekitar kawasan Asrama Haji, Tabing, Kota Padang, mengatakan, banjir tidak pernah terjadi dengan intensitas seperti tahun 2010 ini.
Banjir di kawasan itu merendam rumah warga hingga sebatas betis orang dewasa. ”Air naik dari lantai rumah yang rusak akibat gempa dan dari sekitar rumah yang menggenang,” kata Ramadoni.
Dedi Henidal, Ketua Badan Penanggulangan Dampak Bencana Daerah Kota Padang membenarkan soal intensitas banjir yang pada tahun ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan banjir tahun lalu. ”Sekarang hujan hampir terjadi setiap malam,” katanya sembari menyebutkan, sejumlah daerah, yang pada tahun lalu belum dilanda banjir, pada tahun ini tergenang banjir.
Banjir yang juga terjadi akibat luapan air sungai yang mengalir deras di wilayah Kota Padang itu meminta korban jiwa. Seorang warga bernama Jahar (50) terpeleset dan hanyut di sungai yang berada di Lori Lubuk Minturun, Koto Tangah, Kota Padang, saat ingin mengambil air wudu.
Berdasarkan catatan Badan Penanggulangan Dampak Bencana Daerah Kota Padang, sepanjang Januari hingga Maret 2010 terdapat lima orang yang tewas akibat hanyut dalam derasnya aliran air dan terjangan banjir. ”Ya, kami peringatkan warga kalau hujan sudah lebih dari tiga jam, agar mereka bersiap-siap,” kata Dedi sembari membenarkan bahwa banyak saluran air yang mampat di Kota Padang.
Menurut Dedi, sejumlah wilayah, seperti di Koto Tangah, Padang Selatan, Lubuk Begalung, dan Bungus di Kota Padang, merupakan wilayah yang rawan banjir dan tanah longsor. Tidak kurang 2.000 rumah menjadi sasaran rendaman banjir di Koto Tangah, Kota Padang.
Sementara menurut Ade, banjir di terjadi karena ketidakpatuhan menjalankan peraturan. Selain itu, juga disebabkan pendirian permukiman di wilayah yang semestinya menjadi tempat konservasi air.
”Banjir terjadi karena hujan, pemilihan lokasi permukiman, pendangkalan sungai, dan terganggunya daerah resapan air,” kata Ade. (INK)
Post Date : 10 Maret 2010
|