Empat Kecamatan Rawan Diare

Sumber:Pikiran Rakyat - 16 Oktober 2009
Kategori:Sanitasi

TASIKMALAYA, (PR).- Dinas Kesehatan Kab. Tasikmalaya menyatakan sekitar empat kecamatan dari 39 kecamatan yang ada di Kab. Tasikmalaya, rawan penularan diare. Keempat kecamatan itu masing-masing Kec. Cigalontang, Sukaresik, Salawu, dan Manggunreja. Hal itu terutama disebabkan kesadaran masyarakat setempat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat, masih rendah.

"Musim pancaroba sekarang, penyakit diare adalah penyakit yang harus diwaspadai karena penyakit ini mudah sekali menular dan bisa menelan korban jiwa. Penularan diare sangat sulit dilihat kasat mata yakni melalui bakteri atau kuman vibro kolera dan namanya kuman ada di mana-mana," kata Kepala Dinas Kesehatan Kab. Tasikmalaya, Herdis Kiswa, Kamis (15/10).

Menurut Herdis, misalnya seseorang yang terkena diare atau buang air besar (BAB) di kolam ikan. Meski air kolam itu bersih, setelah terkena cairan dari orang terkena diare itu dan air jadi tercemar kuman tersebut.

Selain itu, yang paling membahayakan jika air tersebut digunakan untuk mencuci dan mandi. Tak ayal, penyakit yang cukup membahayakan manusia itu dengan mudah menular ke mana-mana.

Ketika ditanya tentang soal peningkatan kasus diare, Herdis menyebutkan, tidak bisa diprediksi karena penderita penyakit diare setiap tahunnya bisa naik atau turun, tergantung kesadaran masyarakat untuk peduli terhadap lingkungannya.

"Sering masyarakat yang sudah sadar dan rumahnya bersih serta sehat, tetapi karena lingkungan yang tidak sehat, tetap mereka terkena juga," ungkapnya.

Sebaiknya, menurut dia, masyarakat mulai membiasakan diri menjaga kebersihan rumah dan lingkungan serta agar mutu air tidak tercemar.

Selain itu, agar masyarakat tidak sembarangan buang air besar karena bakteri penyebar diare terdapat dalam tinja penderita diare. Kemudian menyebar lewat udara atau kontak langsung, menempel pada makanan, minuman, atau tempat makan yang dikonsumsi calon penderita.

Untuk mengantisipasi hal itu, Dinkes sudah menyediakan 40.000 botol infus serta ribuan obat antibiotik yang diperoleh dari provinsi.

"Saat penderita mengalami gejala maksimal sepuluh kali buang air besar, namun yang keluar hanya cairan, pihak keluarga harus segera memberi cairan penggantinya. Jika penderita sampai mengalami mual-mual, hal itu yang cukup berbahaya dan bila lambat dalam penanganannya, bahkan bisa merenggut nyawanya," katanya menjelaskan. (A-14)



Post Date : 16 Oktober 2009