|
SURABAYA -- Sebagai antisipasi, DPP Banjir membentuk posko banjir yang siaga 24 jam. Pada musim hujan ini, wilayah Surabaya diperkirakan rawan banjir dan genangan. Sedikitnya, ada empat kawasan kota yang rawan banjir. Untuk itu, masyarakat di yang berdomisili di sejumlah kawasan tersebut diminta waspada. Kawasan rawan banjir itu, antara lain pusat kota dan Surabaya Utara yang meliputi Embong Malang, Basuki Rahmat, Pemuda dan sekitarnya. Kemudian, kawasan Surabaya Timur yang meliputi Tenggilis Mejoyo dan sekitarnya, Surabaya Selatan meliputi Gayungan dan sekitarnya serta kawasan Surabaya Barat yang meliputi Sumber Rejo, Benowo, Tandes dan Darmo Indah. Menurut Kasubdin Saluran Pemantauan Dinas Penanggulangan dan Pengendalian (DPP) Banjir Surabaya, Ir Su'ud, faktor utama penyebab banjir di kota Surabaya adalah sampah. Hal itu, katanya, memang sudah menjadi masalah krusial kota besar seperti Surabaya. ''Terjadinya banjir salah satunya karena sampah yang menyumbat saluran air, sehingga air tidak bisa mengalir ke sungai. Di samping itu, air kali Jagir dan kali Mas merupakan pusat kiriman dari hulu Brantas Kota Mojokerto dan Jombang,'' kata Su'ud kepada wartawan di kantornya, Senin (25/10). Dikatakannya, tinggi genangan sekitar 10 cm dan 30 cm biasanya terjadi di pusat kota seperti Embong Malang, Basuki Rahmat, Pemuda, Sawahan, ITS, Keputih, Kedung Tarukan, Kedung Sroko, Kalijudan, Kaliwaron, Menanggal dan sekitarnya. Sedangkan daerah yang genangannya setinggi 30 cm hingga 50 cm, lanjut dia, meliputi Tenggilis Mejoyo dan sekitarnya dan kawasan yang genangan tertinggi lebih dari 70 cm melanda daerah Sumber Rejo, Benowo, Medokan Semampir dan sekitarnya. Waktu genangan terlama lebih dari enam jam, lanjut Su'ud, diperkirakan terjadi di daerah Rungkut, Penjaringan, Benowo, Sememi, Babat Jerawat, Tandes, Lidah Kulon dan Lidah Wetan. Sedangkan kawasan pusat kota lama, genangan antara satu hingga empat jam. Dia menjelaskan, terjadinya banjir juga disebabkan karena air laut pasaang. Sehingga ketika terjadi hujan lebat, air sungai yang melintas di kota Surabaya tidak bisa mengalir dan bahkan kembali ke sungai, akhirnya meluap. ''Kali Jagir dan kali Mas itu langsung berhubungan dengan laut. Sehingga apabila terjadi air pasang, maka permukaan sungai mengalami kenaikan. Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, setiap kali air laut pasang maka sejumlah kawasan di Surabaya tergenang, meski tidak terjadi hujan,'' paparnya. Su'ud menambahkan, upaya yang dilakukan DPP Banjir dalam mengantisipasi banjir, di antaranya melakukan pemeliharaan saluran dan sungai untuk meningkatkan daya tampung air limpahan permukaan menuju muara. Selain itu, pihaknya juga melaksanakan pembangunan saluran pematusan kota, melaksanakan dan merehabilitasi pembangunan rumah pompa, pembangunan pompa baru, dan mengoptimalkan sistem operasional pintu air yang ada. Dijelaskan Su'ud, di Surabaya ada lima rumah pompa, terletak di daerah Pesapen, Gunung Sari I, Gunungsari II, Darmahusada dan Dupak, masing-masing mempunyai daya tampung air 4 meter kubik per detik. Sedangkan Asem Jaya memiliki daya tampung 1 meter kubik per detik. Sebagai antisipasi, lanjutnya, DPP Banjir telah membentuk posko banjir yang bermarkas di Jl Ngagel No 221. Posko ini siaga 24 jam, baik petugas beserta peralatannya. ''Di tiap pintu pengendali banjir, yakni Tambak Wedi, Jeblokan, Semolowaru, Medokan Semampir, Kalibokor, Kalidami menggunakan pompa air Elektronik. Selain itu juga sistim klep dan manual,'' imbuhnya. Laporan : ita Post Date : 26 Oktober 2004 |