Empat Jembatan Ambruk akibat Banjir

Sumber:Media Indonesia - 13 April 2005
Kategori:Banjir di Luar Jakarta
BANJARMASIN (Media): Sebanyak empat jembatan ambruk akibat banjir yang melanda sejumlah wilayah di Kalimantan Selatan (Kalsel) selama tiga minggu terakhir.

Keempat jembatan yang ambruk itu berada di Kabupaten Hulu Sungai Utara. Dua di antaranya adalah jembatan di Jl Bihman Pila, Amuntai (ibu kota Hulu Sungai Utara), jembatan Cakru sepanjang 90 meter yang menghubungkan Desa Cakru dan Pangkalaan, dan jembatan Desa Tabing Lereng sepanjang 60 meter.

Bupati Hulu Sungai Utara Fakhrudin, kemarin, mengatakan keempat jembatan tidak bisa dipergunakan lagi sehingga arus transportasi terganggu. Total kerugian akibat peristiwa itu mencapai Rp850 juta. ''Padahal jembatan-jembatan itu sudah diperbaiki setelah bencana banjir pada Desember 2004,'' katanya.

Banjir yang melanda Hulu Sungai Utara, ujar Fakhrudin, juga merusak lebih dari 80% ruas jalan provinsi, kabupaten, jalan desa, dan sejumlah ruas Jalan Trans-Kalimantan. ''Kita sedang menghitung berapa besar kerugian akibat kerusakan infrastruktur. Tetapi angka sementara diperkirakan sebesar Rp52,8 miliar.''

Dia juga mengakui hingga kini kesulitan mendistribusikan bantuan kepada warga korban banjir. Hal ini disebabkan minimnya persediaan bantuan tanggap darurat dan bantuan dari provinsi, serta sulitnya para korban banjir di daerah terpencil.

Karena itu, tambahnya, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Hulu Sungai Utara rencananya hanya akan memberikan bantuan kepada warga yang benar-benar membutuhkan.

Selain Hulu Sungai Utara, wilayah lain yang masih terendam banjir di Kalsel adalah Kabupaten Hulu Sungai Tengah dan Hulu Sungai Selatan. Ketinggian air berkisar antara satu hingga satu setengah meter.

Kapuas terendam

Sementara itu, banjir di Kalimantan Tengah (Kalteng) terus meluas. Setelah Kabupaten Barito Utara, Barito Selatan, dan Murung Raya diterjang banjir akibat meluapnya Sungai Barito, kemarin, banjir juga mulai merendam Kabupaten Kapuas.

Banjir di kabupaten ini terjadi akibat meluapnya Sungai Kahayan. Wilayah yang terendam antara lain Kecamatan Mentangai, Timpah, dan Kecamatan Kapuas Hulu. Ketinggian air mencapai 50 sentimeter (cm) dan diperkirakan akan meninggi karena daerah ini terus diguyur hujan.

Meski demikian, warga belum ada yang mengungsi karena sebagian besar rumah penduduk berbentuk panggung sehingga air belum memasuki rumah. Tetapi Dinas Kesehatan Kapuas mulai mendirikan posko kesehatan di desa dan kecamatan yang terendam untuk mengantisipasi penyakit akibat banjir yang menyerang penduduk.

Sedangkan banjir di Kabupaten Barito Utara (Barut) mulai surut dan ketinggian air yang semula mencapai empat meter kini tinggal sekitar satu meter.

Dari Pamekasan dilaporkan empat kelurahan dan satu desa dilanda banjir akibat luapan Sungai Pamekasan sejak Senin (11/4) petang. Wilayah yang terendam itu adalah Kelurahan Gladak Anyar, Patemon, Laden, dan Kelurahan Parteker di Kecamatan Pamekasan, serta Desa Blumbungan, Kecamatan Blumbungan, Kabupaten Pamekasan, Madura, Jawa Timur.

Bahkan, di Desa Blumbungan satu rumah penduduk hanyut diterjang air. Meski tidak ada korban jiwa, musibah ini sempat membuat warga panik karena sungai tersebut meluap secara tiba-tiba dan ketinggian air mencapai 1,5 meter.

Di Bandung, sebuah bukit setinggi 30 meter, kemarin, longsor dan mengakibatkan seorang pekerja galian pasir tewas tertimbun. Bukit yang longsor itu berada di Kampung Cadas Gorowong, Desa Cempaka Mekar, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Saat kejadian, korban bernama Suhanda, 52, yang tinggal tidak jauh dari lokasi sedang menunggu mobil pengangkut pasir. Korban bermaksud menawarkan jasanya menaikkan pasir dari tempat galian pasir ke atas truk yang masuk ke lokasi. Saat tengah menunggu truk, bukit yang berada di belakangnya tiba-tiba longsor. Tubuh korban baru ditemukan satu jam kemudian.

Pemkab Banyumas, Jawa Tengah, bekerja sama dengan Sabo Technical Center (STC) Yogyakarta memasang alat pendeteksi longsor di Desa Cibangkong, Kecamatan Pekuncen, Banyumas, Senin (11/4). Pemasangan alat tersebut dimaksudkan untuk mengetahui bencana tanah longsor secara dini.

Kepala Dinas Sumber Daya Air, Pertambangan, dan Energi Banyumas Budi Susilo mengatakan alat tersebut sengaja dipasang di Cibangkong karena desa tersebut dan wilayah sekitarnya merupakan daerah rawan bencana longsor. (DY/SS/MG/SG/EM/LD/N-1

Post Date : 13 April 2005