|
SUNGGUMINASA - Krisis air bersih di Kecamatan Parangloe terus berlanjut. Kondisi itu makin diperparah dengan mengeringnya sumur milik warga. ''Air sumur sekarang pada mengering. Sulit mendapatkan air bersih,'' ujar Camat Parangloe, Marsuki M S.Sos MM, Senin 28 Agustus kemarin. Di tengah kekeringan sumur warga tersebut, volume air waduk Bilibili juga tampak mulai surut. Surutnya permukaan air hingga belasan meter dari garis elevasi itu ditengarai akan berakibat langsung pada masyarakat setempat, terutama mereka yang memanfaatkan air waduk dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Menurut Marsuki, sampai sekarang sudah ada empat desa di Kecamatan Parangloe yang mengalami krisis air yakni Kelurahan Lanna yang menjadi ibukota kecamatan, desa Borisallo, Lonjoboko, dan Bontoparang. Masyarakat yang ada di empat desa tersebut, lanjutnya, untuk memperoleh air bersih harus berjalan cukup jauh. Apalagi, geografis Parangloe bergunung-gunung. Dia mengakui, kalau pun itu ada sumber mata air untuk Kecamatan Parangloe itu pun cukup jauh. Jarak antara kampung Kabbasa dengan ibu kota kecamatan kurang lebih lima kilometer. ''Itu pun masyarakat harus antri di sana untuk memperoleh air bersih,'' katanya. Karena itu, upaya lain yang dilakukan Pemkab Gowa dan kecamatan dengan melakukan pendistribusian air lewat mobil tangki air PDAM. Namun demikian, Marsuki berharap persoalan kekurangan air bersih yang selalu mendera masyarakat Parangaloe itu bisa segera berakhir dengan akan rampungnya pekerjaan instalasi jaringan air PDAM. Selain itu, dalam waktu dekat ini, juga akan dikerjakan jaringan air sistem gravitasi yang langsung dari waduk. Dia juga mengimbau pada masyarakat Parangloe untuk bisa berhemat air bersih pada musim kemarau sekarang ini. ''Tolong berhematlah,'' katanya. Sumber : (ari) Post Date : 29 Agustus 2006 |