Kopenhagen, Kompas - Kantor dan badan-badan PBB setiap tahun mengemisikan 1,7 juta ton karbon dioksida Indonesia mengemisikan 1,4 miliar ton pada tahun 2000. Sekitar 770.000 ton karbon dioksida diemisikan dari operasi menjaga perdamaian di sejumlah negara, dengan lebih dari separuhnya berasal dari penerbangan.
Sebanyak 3,3 persen dari seluruh emisi di salah satu organisasi terbesar di dunia tersebut dihasilkan dari aktivitas di Kantor Pusat PBB di New York, AS. Demikian disampaikan Direktur Eksekutif Program Lingkungan PBB (UNEP) Achim Steiner dalam peluncuran buku Moving Towards a Climate Neutral UN di sela-sela Konferensi Perubahan Iklim 2009 di Kopenhagen, Denmark, Rabu (16/12).
Kajian dilakukan Kelompok Manajemen Lingkungan PBB (EMG). Mulai tahun 2010, EMG akan mendata dan melaporkan perkembangan upaya pengurangan emisi gas rumah kaca di bawah sistem yang mereka kembangkan.
Menurut Achim, PBB sebagai badan internasional yang mendorong pembangunan berkelanjutan perlu mengambil langkah nyata mengurangi dampak perubahan iklim. Laporan tersebut berisi kajian sumber-sumber pelepasan emisi gas rumah kaca, metodologi pengelolaan jejak karbon, dan tindakan yang perlu dilakukan untuk menghilangkan jejak karbon tersebut.
”Adalah kewajiban setiap negara dan organisasi, termasuk PBB, untuk mengukur dan mengurangi dampak (emisi karbon) terhadap lingkungan,” kata Achim. Akumulasi sejumlah gas di atmosfer—di antaranya karbon dioksida (CO) dan metana, yang disebut sebagai gas rumah kaca—menyebabkan suhu Bumi meningkat karena ultraviolet yang dipantulkan Bumi terjebak.
Pada bagian pembuka, Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon mengatakan, kajian yang mereka lakukan adalah langkah praktis dan dorongan moral yang penting diikuti demi penghormatan terhadap kemanusiaan, pembangunan berkelanjutan, kemajuan sosial, perdamaian, dan stabilitas.
Organisasi PBB menjadikan laporan ilmiah yang dikaji ribuan ahli dari seluruh dunia (IPCC) sebagai dasar pendapat bahwa dunia memiliki waktu 10 tahun untuk mencegah petaka, yang disebabkan perubahan iklim karena ulah manusia yang tidak ramah lingkungan.
Emisi COP-15
Di tempat yang sama diumumkan emisi karbon dioksida dari kegiatan Konferensi Perubahan Iklim PBB 7-18 Desember 2009. Menurut perkiraan, konferensi yang dihadiri delegasi dari 193 negara, 23.000 peserta, serta lebih dari 130 kepala negara dan pemerintahan itu mengemisikan sekitar 40.500 ton CO.
Jan-Christoph Napierski dari Denmark menyebutkan, emisi itu akan ”ditebus” (offset) melalui program Mekanisme Pembangunan Bersih (CDM) di Banglades. Program CDM merupakan skema penurunan emisi negara-negara maju dengan membantu negara berkembang melalui pendanaan, teknologi, dan pembangunan kapasitas. (GSA)
Post Date : 17 Desember 2009
|