|
JAKARTA Eksploitasi air tanah secara besar-besaran di DKI Jakarta akan mendatangkan bencana yang tidak kecil. Sebab, secara teknis pengurasan air tanah itu akan memperlemah struktur pondasi gedung-gedung tinggi pengguna air tanah, yang pada akhirnya bisa membuat pencakar langit itu ambruk. "Akibatnya sangat fatal dan berbahaya bagi gedung itu maupun bangunan di sekitarnya. Ini bom waktu bagi warga Jakarta. Seharusnya, para pemilik gedung-gedung tinggi, yang notabene adalah kalangan berada dan punya pengetahuan luas, tidak mengambil jalan pintas, gampang dapat air dan murah. Mereka harus segera menghentikan eksploitasi air tanah tersebut, sebelum bahaya benar-benar terjadi," kata pengamat sumber daya air Win Gaza Simbolon kepada Pembaruan, di Jakarta, Kamis (27/7). Menurut data Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah Jakarta, ketinggian wilayah Jakarta kini hanya 0-10 meter di atas permukaan laut. Bahkan, di lokasi tertentu posisinya lebih rendah. Faktor utama makin turunnya permukaan tanah adalah pengambilan air bawah tanah yang melebihi kapasitas. Kelebihan pengambilan air tanah mencapai 66,6 juta meter kubik per tahun. Saat ini, potensi air bawah tanah Jakarta 532 juta meter kubik per tahun. Sedangkan batas aman pengambilan air tanah adalah 30-40 persen atau sekitar 186,2 juta meter kubik per tahun. Menurut mantan Ketua Asosiasi Kontraktor Air Indonesia (Akaindo) itu, sesungguhnya dua operator air bersih di DKI Jakarta, mampu melayani kebutuhan mereka. "Memang harga air PAM lebih mahal dibanding air tanah yang dikuras langsung dari perut bumi. Tapi, para pemilik gedung-gedung tinggi, yang tak sedikit di antaranya adalah konglomerat, tak mau rugi. Ini yang sangat disayangkan, mereka mengorbankan kepentingan orang banyak dan penyelamatan lingkungan demi mengurangi pengeluaran perusahaan," kata Win. Hentikan Pengurasan Karena itu, dia mengimbau para pemilik gedung tinggi itu segera sadar dan menghentikan pengurasan air tanah, yang selama ini dilakukan sesuka hati. "Jangan mau gampangnya saja, lalu mengorbankan orang banyak. Bahaya yang akan terjadi memang tak terlihat secara kasat mata, namun para ahli geologi sudah berulang kali menyatakan bahwa kondisi Jakarta sudah memasuki tahap berbahaya karena permukaan tanahnya makin lama makin turun," katanya mengingatkan. Apalagi, tuturnya, eksploitasi air tanah secara besar-besaran di Jakarta sebenarnya sudah puluhan tahun lalu, sejak gedung-gedung pencakar langit mulai bermunculan. "Pemprov DKI harus tegas menghentikan eksploitasi air tanah itu, kalau tidak mau Jakarta makin tenggelam," tukasnya. Win mengimbau para pengguna air tanah supaya segera sadar atas bahaya yang ditimbulkannya. "Jangan membawa warga Jakarta ke dalam jurang. Kalau pengusaha besar pemilik gedung tinggi, yang tentu sekali tingkat intelektualnya lebih tinggi tidak sadar, apalagi masyarakat biasa. Akibat ulah mereka, yang jadi korban kelak adalah rakyat kecil," tegasnya. [N-6] Post Date : 27 Juli 2006 |