Ekspansi PDAM Butuh Anggaran Rp 108 Miliar, DPRD Setujui Pinjaman Bank Dunia Rp 86 Miliar

Sumber:Radar Bogor 26 Februari 2009
Kategori:Air Minum

EKSPANSI berupa perluasan jaringan dan penambahan jumlah pelanggan serta penambahan modal  Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Pakuan Kota Bogor membutuhkan anggaran yang tidak sedikit. Karena itu, Pemerintah Kota Bogor memberikan suntikan dana sebesar Rp.13,967 miliar untuk program tersebut.

Selain itu pemkot akan meminjam dana sebesar Rp86,975 miliar ke Bank Dunia untuk membantu ekspansi yang akan dilakukan PDAM. Tak hanya itu, pemerintah pusat akan mengucurkan anggaran sebesar Rp 6,04 miliar melalui APBN dan pemerintah provinsi mengucurkan dana sebesar Rp 2 miliar untuk membantu PDAM, sehingga total anggaran yang digunakan PDAM untuk melakukan ekspansi sebesar Rp 108 miliar.

Rencana pinjaman pemkot ke bank dunia sudah disetujui DPRD Kota Bogor. Jadi, tinggal menunggu negosiasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah Kota Bogor yang rencananya dilakukan 28 April mendatang.

Ketua Komisi B DPRD Kota Bogor Nana Djuhana Enung menuturkan, rencana pemkot untuk meminjam uang sebesar Rp 86,975 miliar ke bank dunia bakal terealisasi, sebab DPRD Kota Bogor sudah menyetujuinya.

Dia menambahkan, DPRD menyetujui pinjaman tersebut karena bersentuhan dengan kebutuhan masyarakat umum. “Pemerintah menargetkan 80 persen cakupan layanan air bersih tahun ini, sementara  PDAM Tirta PAkuan baru mencapai 47 persen, sehingga perlu ekspansi besar-besaran demi mencapai target tersebut,” ujar Nana yang ditemui saat mengikuti Focus Group Discussion (FGD)yang dilaksanakan PDAM Tirta Pakuan dan Water Dialoque Indonesia (WDI) di Hotel Santika, kemarin.

Kabag Humas PDAM Hendra Setiawan mengatakan, PDAM menargetkan pelanggan baru hingga 2013 mendatang. Ia menjelaskan, suntikan dana dari Bank Dunia dan pemerintah akan digunakan sebaik-baiknya untuk melakukan perluasan jaringan dan penambahan pelanggan baru.

Ia menjelaskan, ekspansiyang akan dilakukan PDAM tidak akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas air yang selama ini sudah cukup bagus.

Mantan Kabag Keuangan PDAM ini menyebutkan , pinjaman ke Bank Dunia tidak perlu dirisaukan sepanjang manajemen PDAM tetap bertahan seperti sekarang ini. “Tiap tahun PDAM untung. Tahun 2007 laba PDAM sebesar Rp 10,3 miliar dan Tahun 2008 mengalami kenaikan sekitar 62 persen dengan nilai Rp 16,5 miliar,” tuturnya.

Ia menjelaskan, laba yang diperoleh PDAM setiap tahun belum bisa menjamin ekspansi, sehingga perlu suntikan dana dari bank dunia dan pemerintah. “Pinjaman bank dunia masih perlu dinegosiasikan dengan pemerintah pusat, utamanya mengenai bunga dan masa pinjaman, sebab kita menginginkan masa pinjaman selama 20 tahun,” imbuhnya.

Pinjaman pemkot ke Bank Dunia tidak akan dibebankan ke APBD, sebab PDAM akan membayarnya melalui pemkot. “Pemkot meminjam uang ke Bank Dunia. Pinjaman itu diberikan ke PDAM. Pembayarannya ditanggung PDAM dengan menyetorkan cicilan ke kas daerah sekitar Rp 6 miliar per-semester. Uang tersebut digunakan pemkot untuk membayar hutang ke Bank Dunia,” tandas Hendra.

Sementara itu tim reset Water Dialoque Indonesia (WDI) yang meneliti terhadap pengelolaan PDAM Tirta Pakuan menyebutkan, tingkat kepuasan pelanggan terhadap pelayanan PDAM mencapai 63 persen. Namun, masyarakat kurang mampu yang menikmati air PDAM baru masih sangat kurang, sehingga jumlahnya hanya sekitar tujuh persen dari total pelanggan.

Anggota Tim WDI Husnullah Pangeran mengatakan, WDI merupakan tim independen yang meneliti tentang pengelolaan air bersih dengan memperbandingkan antara air bersih yang dikelola perusahaan daerah dengan yang dikelola perusahaan swasta.

Perusahaan daerah kata dia diwakili PDAM Tirta Pakuan dan Perusahaan Swasta diwakili Adhya Tirta Batam (ATB). “PDAM Tirta Pakuan lebih memperhatikan masyarakat kurang mampu, sementara ATB mengabaikan masyarakat kurang mampu karena orientasinya profit, tetapi ATB lebih efisien, “ tandas Husnullah.

FGD dihadiri gabungan Komisi DPRD, Asisten Umum Kosasih dan Stakeholder PDAM.(RID)
 



Post Date : 26 Februari 2009