Efektivitas Turun Kampung Dipertanyakan

Sumber:Kompas - 31 Juli 2008
Kategori:Sanitasi

JAYAPURA, KOMPAS - Efektivitas program turun kampung Gubernur Papua Barnabas Suebu dan wakilnya, Alex Hasegem, dinilai belum menyentuh kebutuhan warga. Buktinya, kejadian luar biasa atau KLB diare yang terjadi di Kabupaten Nabire—yang kemudian dimekarkan menjadi Kabupaten Dogiyai— sampai kini belum teratasi.

Hal itu dikemukakan Wakil Ketua DPRD Papua Komaruddin Watubun, Rabu (30/7) di Jayapura. Karena itu, DPRD Papua mengagendakan pemanggilan terhadap gubernur untuk mengetahui penanganan KLB diare di Dogiyai.

Menurut Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan Nyoman Kandun, KLB diare terjadi sejak April di Kabupaten Paniai, yaitu di Distrik Obano, Waghete, serta Yatamo dengan penderita 52 orang dan 8 orang di antaranya meninggal. Setelah tim dari Dinas Kesehatan Provinsi Papua turun, sejak 13 Juni kasus itu tidak ada lagi.

Di Kabupaten Nabire (yang kini menjadi Kabupaten Dogiyai), KLB diare terjadi di Distrik Kamu dan Kamu Utara. Ada 666 penderita, 86 orang di antaranya meninggal. Sampai saat ini, KLB masih berlangsung di daerah itu.

Menurut Direktur Pengendalian Penyakit Menular Langsung Depkes Tjandra Yoga Aditama, tim Depkes yang terdiri atas ahli klinik, lingkungan, surveilans, dan laboratorium baru kembali dari Papua. Depkes masih memeriksa untuk memastikan penyebab diare adalah bakteri kolera (Vibrio cholerae) atau yang lain.

Menurut Tjandra, KLB terjadi di wilayah terpencil yang sulit mendapat air bersih. Selain itu, ada masalah ketiadaan jamban, serta ada tradisi memeluk orang sakit dan jenazah yang berpotensi jadi sarana penularan penyakit.

Sekretaris Daerah Provinsi Papua Tedjo Soeprapto mengatakan, hari Kamis (31/7) pemerintah akan mengevaluasi KLB bersama lembaga swadaya masyarakat (LSM), gereja, dan instansi kesehatan. Dinas kesehatan mencatat terdapat 81 korban jiwa. Mengenai data 172 orang meninggal akan dikonfirmasi.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Papua Bagus Sukaswara mengatakan, pada 4 Mei tim kesehatan Pemerintah Kabupaten Nabire turun ke lokasi kejadian. Setelah diobati, kasus turun drastis. Bulan Juni, jumlah kasus meningkat lagi. Tim kesehatan turun kembali. Hasil penyelidikan menunjukkan, penderita umumnya mereka yang sebelumnya mengunjungi orang sakit atau meninggal akibat diare.

Menurut Bagus, pemerintah pusat dan pemerintah daerah, Medecins Sans Frontieres International, Oxfarm, gereja, LSM, dan mitra kesehatan lain telah bekerja sama untuk menangani KLB, antara lain mencari penderita, pengobatan massal, investigasi kematian, dan memberikan pengobatan langsung dari rumah ke rumah.

Di Moanemani (ibu kota Distrik Kamu) didirikan Cholera Treatment Center untuk mengisolasi penderita sehingga tidak menulari orang lain. Selain itu, dilakukan pengobatan antibiotika ke seluruh penduduk Kampung Dumtek, Ekimani, Ekimanida dan Idakotu untuk memutus rantai penyebaran penyakit.

Pos oralit didirikan di kampung-kampung yang memiliki kematian tinggi. Saat ini petugas kesehatan melakukan penyuluhan cara hidup sehat. (ICH/ATK)



Post Date : 31 Juli 2008