|
Palembang, Kompas - Angkutan perahu motor di Sungai Musi, Kota Palembang, Sumatera Selatan, selama satu minggu ini terganggu oleh banyaknya eceng gondok dan sampah. Eceng gondok dan berbagai jenis sampah itu semakin banyak menumpuk di Sungai Musi yang menjadi jalur transportasi utama di daerah sekitar Palembang. Sejumlah pengemudi perahu motor atau perahu ketek di Palembang, Kamis (16/12), mengatakan, sampah-sampah itu datang terbawa arus luapan air dari hulu selama seminggu ini. Selain eceng gondok, juga berupa plastik, karung bekas, kayu, limbah sayuran, atau ranting-ranting pohon. Sampah bahkan sering masuk ke dalam baling-baling perahu hingga baling-baling itu macet, rusak, hingga patah. Junaidi (40), pengemudi ketek asal Desa Srinanti, Kecamatan Kayu Agung, Kabupaten Ogan Komering Ilir, mengaku kehilangan delapan baling-baling selama sebulan ini. "Baling-baling sering rusak karena tersangkut plastik atau eceng gondok. Terpaksa saya harus ganti yang baru lagi," katanya. Selain terganggu sampah padat, masyarakat yang tinggal di sekitar sungai juga takut mengonsumsi air sungai. Meskipun sebagian warga masih ada yang memanfaatkan air berwarna kecoklatan itu, dengan menambahkan kaporit terlebih dahulu. "Air Musi sekarang ini kualitasnya sudah jauh menurun dibandingkan puluhan tahun lalu. Tetapi, kalau tidak punya uang untuk membeli air bersih, terpaksa kami masih memakai air Sungai Musi setelah diendapkan dan ditambahi kaporit," kata Suhaimi (35), pengemudi ketek yang tinggal di pinggiran Musi. Musi mulai meluap Air Sungai Musi telah meluap sejak seminggu terakhir ini, dengan tambahan ketinggian permukaan air sekitar tiga meter sampai dengan empat meter. Ketinggian luapan air biasanya memuncak menjelang sore hari, kemudian menurun pada malam hari, dan meninggi lagi esok paginya.(IAM) Post Date : 17 Desember 2004 |