|
AMLAPURA - Terjawab sudah penyebab "gering" atau wabah muntaber di Karangasem sejak 20 Maret lalu. Biang keroknya tidak lain karena bakteri E Colli. Ini pula dibeber Bupati Karangasem I Wayan Geredeg kepada wartawan di Karangasem, Rabu kemarin. Geredeg yang didampingi Kadis Kesehatan IA Suci Astiti dan Dirut RS Amlapura IGM Tirtayana menyebutkan, akteri tersebut terdapat di air cubang yang dipakai minum dan MCK warga. Tirtayana menambahkan, bakteri ini dikenal sebagai bakteri phatogen yang sangat ganas yang menyebabkan diare. Ini terkait dengan perubahan cuaca yakni dari musim panas ke musim hujan. Pola hidup masyarakat yang belum menerapkan pola hidup bersih dan sehat juga menjadi penyebab. Di antaranya cubang dekat dengan kandang ternak. Selain itu, warga yang buang kotoran sembarangan di kebun tanpa dikubur sehingga membuat bakteri Colli berkembang dengan baik. Kadis Kesehatan Karangasem Astiti meyakinkan keterangan Geredeg dan Tirtayana. Kata dia, muntaber yang menghebohkan Karangasem dan pemerintah sampai menetapkan sebuah kejadian luar biasa (KLB), menjelaskan bakteri ini dipastikan penyebabnya melalui air. Ini setelah sampel air warga yang dicek positif mengandung bakteri mematikan tersebut. Kata Astiti, salah satu cara mengatasinya hanya dengan menerapkan hidup sehat. Mencuci tangan menggunakan sabun sebelum makan atau setelah melakukan kegiatan apa pun. Warga diharapkan pula memasak air dari cubang sebelum diminum. Terkait langkah-langkah yang mesti dilakukan warga, Bupati Geredeg minta masyarakat menguras cubang yang sudah terinfeksi tersebut. Action harus segera mumpung musim hujan. Betapa bahayanya jika warga terus mengkomsumsi air yang sudah tercemar. "Kebetulan musim hujan, jadi sebaiknya cubang langsung dikuras. Kalau kesulitan air, kita akan siasati dengan mendatangkan mobil tangki," janji orang pertama di jajaran Pemkab Karangasem ini. Bupati membantah bakteri Colli sudah menyeber ke air embung. "Kita sudah cek. Ternyata air Embung masih aman," yakinnya. Namun demikian, ke depan dengan kejadian ini pihaknya akan berupaya melakukan penanganan air embung agar lebih sehat. Caranya dengan melakukan kaporitisasi. Kalau pun bantuan dari provinsi belum dating, pihaknya akan berupaya mengambilkan dari dana perubahan atau anggaran mendahului. "Pokoknya harus tertangani. Jangan sampai (korban) dibiarkan," janjinya seraya mengaku akan bersurat ke pemerintah pusat di Jakarta jika bantuan dari provinsi tidak ada kepastian. Sementara data dari Diskes Karangasem terkait korban muntaber, tercatat sudah 178 orang terjangkit muntaber. Khusus pasien yang masih dirawat hingga kemarin tinggal 35 orang. Di antaranya 21 orang di RSUD Amlapura dan 14 orang di Puskesmas Selat. Suci Astiti menambahkan, Diskes hingga sekarang terus memberikan penyuluhan dan penanganan medis kepada masyarakat. Utamanya di daerah yang dinyatakan KLB yakni Sebudi dan Jungutan. Masalah kesediaan obat-obatan juga masih aman. Apa yang dibeber pejabat Karangasem, termasuk Bupati Geredeg, ternyata tidak sama dengan apa yang disampaikan Kadis Kesehatan Bali Dewa Ketut Oka. Kata dia, pihaknya belum berani membeber penyebab muntaber ke publik. Melalui Kasubdin Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Ketut Subrata, pihaknya belum berani mengungkap karena masih berada di Karangasem. Padahal hasil sampel yang diteliti Lab BLK sudah masuk kantor Diskes Bali. "Saya masih perjalanan menuju Denpasar dari Karangasem. Sehingga saya belum lihat suratnya," ujarnya saat dihubungi sore kemarin. Nggak ke kantor? "Saya langsung pulang ini. Besok (hari ini) baru saya ke kantor. Jadi besok saja saya akan umumkan," kilahnya.(tra/art) Post Date : 27 Maret 2008 |