|
Beberapa tahun terakhir, musim kemarau membawa banyak bencana. Kekeringan terjadi dimana-mana, khususnya di Pulau Jawa. Ribuan hektar area sawah tak teraliri air. Ribuan warga tak memperoleh akses air bersih. Sumur dan sumber air lainnya mengering. Sungai, danau atau situ, menjadi tempat alternatif warga dalam mendapatkan air bersih. Bahkan sebagian warga diantaranya memang mengandalkan tempat-tempat ini sebagai sumber air yang utama bagi kehidupan mereka. Celakanya, debit air sungai dan danau itu pun turut menyusut dan selama beberapa bulan berselang tak bisa dihindari dari kekeringan sama sekali. Untuk kelangsungan hidup, warga tak putus asa mencari sumber-sumber air meski berkilo-kilo meter jauhnya. Warga lain mencari jalan dengan membeli air dari mobil-mobil tangki atau sekedar menunggu bantuan air bersih dari Pemerintah. Banyak ahli mengaitkan, perubahan iklim ini sebagai gejala pemanasan global. Musim kemarau panjang, seperti halnya kemarau tahun-tahun lalu, berlangsung lebih lama. Di Indonesia, seperti sebuah kelaziman, musim kemarau maupun penghujan sama-sama membawa bencana. Tak luput dari kelalaian manusia terhadap kelangsungan alam dan lingkungan, yang pada akhirnya air menjadi prahara bagi kehidupan manusia. Fenomena inilah yang ditangkap Cinema Lovers Community dalam sebuah film dokumenter pendek. Film dengan latar kelangkaan air bersih ini bercerita dari sudut manusia yang mengalami bencana kekeringan melalui testimony. Lokasi kekeringan adalah di Purbalingga, Provinsi Jawa Tengah dan di Gunung Kidul, Provinsi DIY. Film berdurasi 10 menit ini rencananya hendak diikutkan diberbagai ajang festival film independen bertema lingkungan hidup. Post Date : 15 September 2007 |