|
PALU (Media): Banjir yang melanda Desa Sioyong, Kecamatan Damsol, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah (Sulteng), tiga hari terakhir menyebabkan dua orang tewas akibat terseret arus air. Kedua korban adalah Dera, 60, dan cucunya, Linda, 7. Mereka tewas setelah terbawa arus air sepanjang sekitar satu kilometer. Keterangan yang diperoleh Media, kemarin, menyebutkan peristiwa bermula ketika keduanya bermaksud kembali ke Desa Sioyong setelah bepergian ke Desa Mel, Rabu (11/2). Untuk mencapai rumahnya, saat itu mereka nekat menyeberang sungai yang mengalir di Desa Sioyong, padahal aliran air cukup deras. Pada saat menyeberang itulah mereka terbawa arus, sementara di sekitar lokasi tidak ada orang lain yang bisa menolong. Keduanya ditemukan masyarakat beberapa saat kemudian dalam keadaan terapung dan tidak bernyawa. Kepala Desa Sioyong Sulaiman mengatakan, banjir kali ini merupakan yang terparah dibandingkan peristiwa sebelumnya. Selain menewaskan dua warganya, banjir juga merendam sekitar 50 rumah penduduk, satu unit bangunan sekolah dasar, rumah ibadah, dan menghanyutkan dua jembatan. Selain itu, peristiwa tersebut juga merusak sekitar 500 hektare areal sawah, perkebunan, dan puluhan hektare tambak milik warga setempat. Hujan deras yang mengguyur wilayah Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah (Jateng), sejak Rabu (11/2) malam hingga kemarin juga menyebabkan empat wilayah kecamatan di kabupaten itu dilanda banjir. Ratusan rumah penduduk dan ratusan hektare lahan sawah serta kebun terendam air hingga ketinggian sekitar 20 sentimeter hingga 75 sentimeter. Bahkan, puluhan sekolah terpaksa diliburkan karena bangunannya terkena banjir. Keempat kecamatan yang terkena banjir adalah Kecamatan Sragi, Siwalan, Kesesi, dan Kecamatan Tirto. Kondisi paling parah dialami Kecamatan Sragi, yang kedalaman airnya mencapai sekitar 75 sentimeter. Sedangkan di Kecamatan Siwalan, banjir cukup parah terjadi di Desa Sepait, Blacanan, Tenggeng Kulon, Tugu Rejo, Blimbing, dan Desa Waluh. Warga yang tinggal di sepanjang tepi Sungai Sragi yang juga terendam banjir waspada karena permukaan air tersebut terus meningkat. Mereka khawatir tanggul tidak kuat menahan arus air dan jebol, apalagi hujan tidak kunjung berhenti. Tumpukan karung berisi pasir juga terlihat berjajar di tepian sungai untuk mengantisipasi bobolnya tanggul. "Kita secara bergantian berjaga di sini, khawatir tanggul jebol yang bisa mengakibatkan banjir bandang,'' kata Sukri, 41, warga Sragi. Beberapa perahu karet, posko kesehatan, dan tempat pengungsian juga telah disiapkan. Tetapi warga masih bertahan di rumah masing-masing. Jembatan ambrol Dari Bondowoso dilaporkan, jalur lalu lintas Bondowoso-Situbondo, Jawa Timur (Jatim) dan sebaliknya lumpuh setelah jembatan di Jalan Thamrin, yang merupakan jalur utama penghubung kedua daerah tersebut, ambrol dihantam arus air Sungai Sampenan, Rabu (11/2) malam, akibat hujan deras yang terus mengguyur wilayah tersebut. ''Abrolnya jembatan Sungai Sampenan mengakibatkan jalur Bondowoso-Situbondo lumpuh,'' kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Bina Marga Kabupaten Bondowoso Yuwono Hadi Susanto yang dihubungi Antara di Bondowoso, kemarin. Arus lalu lintas dari Bondowoso ke Situbondo atau sebaliknya untuk sementara dialihkan melalui jalur Bataan-Tenggaran-Tamanan yang lebih jauh sekitar tujuh kilometer. Yuwono mengatakan, jembatan itu dibangun pada sekitar 1930, dan akibat hantaman arus air, saat ini sebagian badan jembatan ambrol. Ambrolnya jembatan sempat membuat warga sekitar panik karena menimbulkan suara dentuman cukup keras dan arus air Sungai Sampean sempat meluap. Mereka khawatir musibah banjir besar pada 2001 terulang kembali. Sementara itu, sekitar 1.000 orang korban banjir di Mojokerto, Jatim, kini sangat membutuhkan bantuan makanan. Sebab hingga kini di lokasi banjir itu belum ada dapur umum. ''Ternyata sejak terjadinya banjir lumpur 3 Februari lalu sampai sekarang belum ada dapur umum. Makanya ketika diberi bantuan makanan mentah, mereka menolak,'' kata Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Rendra Sanjaya di sela-sela pemberian bantuan kepada masyarakat di Mojokerto, kemarin. Bantuan yang diberikan mahasiswa ITS dan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya antara lain sembilan bahan pokok (sembako), masker, jaket, air minum, peralatan sekolah, dan pengobatan gratis. Meskipun bantuan yang diberikan mahasiswa dua perguruan tinggi negeri itu tidak banyak, masyarakat menyambutnya dengan antusias. Karena itu, Rendra berharap masyarakat lain juga tergugah untuk mengulurkan tangan kepada korban banjir tersebut. (HF/AS/N-2) Post Date : 13 Februari 2004 |