|
Mempawah, Kompas - Setelah lebih dari dua pekan banjir melanda sebagian wilayah kabupaten di Kalimantan Barat, kini air di wilayah itu sudah menyurut. Yang memprihatinkan, ribuan rumah warga yang sempat berhari-hari terendam air kini banyak yang rusak. Kerusakan itu kebanyakan pada lantai dan dinding karena rumah-rumah tersebut umumnya dari kayu. Penderitaan ini bertambah berat karena warga korban banjir juga banyak yang sakit-sakitan akibat terendam air sebelumnya. Rumah-rumah warga yang rusak itu di antaranya terdapat di Kecamatan Mempawah Hilir, Kabupaten Pontianak. Kerusakan rumah warga yang cukup parah terjadi di Dusun Sebukit Rama, Desa Pasir, Selasa (18/1). Meski air sudah surut, sebagian besar rumah di dusun yang terletak sekitar 70 kilometer utara Kota Pontianak itu masih tergenang karena ketinggian air masih berkisar 20 sampai dengan 50 sentimeter. Bahkan, yang sebelumnya 381 jiwa mengungsi di Bukit Tion Kandang, ada delapan keluarga yang masih bertahan. Beberapa warga mengungkapkan, dalam beberapa pekan ini mereka dipastikan menghadapi banyak kesulitan hidup, sebagian areal pertanian padi mereka yang siap panen banyak gagal dipanen. Kesulitan hidup di desa yang dihuni lebih dari 1.026 keluarga ini makin bertambah karena mereka harus memperbaiki rumah mereka yang rusak akibat banjir. Rumah-rumah di Dusun Sebukit Rama, misalnya, kebanyakan terbuat dari kayu dan dalam kondisi yang sudah tua. Akibat terendam air berhari-hari, rumah-rumah itu banyak yang rusak. Beberapa warga setempat terpaksa mengganti sebagian papan lantai dan dinding rumah mereka akibat lapuk karena berhari-hari terendam air. "Selain kerusakan rumah dan hancurnya areal pertanian seperti tanaman padi, lada, dan ubi, setelah banjir ini yang menambah kekhawatiran kami soal penyakit. Banyak anak-anak kami yang mulai sakit-sakitan seperti sakit perut, gatal-gatal, muntah-muntah, dan berak-berak. Kami takut kalau berbagai penyakit ini terus menyerang warga," kata Erwandi, Ketua Pos Komando (Posko) Banjir Sebukit Rama. Dari posko banjir di Desa Pasir dilaporkan, sejak terjadinya banjir di daerah ini, pada 3 Januari-17 Januari sedikitnya ada 596 warga yang berobat. Mereka kebanyakan korban banjir. Penyakit yang mereka derita mulai dari sakit perut, gatal-gatal, infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), diare dan ngilu. Dua petugas kesehatan di posko itu mengungkapkan, setiap hari rata-rata ada 10 warga yang berobat. Lonjakan warga berobat tertinggi terjadi pada 9 Januari yang mencapai 202 orang. Sementara dari Kabupaten Sanggau dilaporkan, pihak Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sanggau sampai kini belum menerima laporan kerusakan rumah warga. Banjir yang berlangsung lebih dari sepekan melanda wilayah ini, sejak 8 Januari sedikitnya merendam sekitar 14.000 rumah warga. Di Sambas, untuk mengantisipasi kekurangan makanan, Pemkab Sambas memberi bantuan 16 ton beras kepada beberapa desa yang dilanda banjir, terutama kedua desa di Kecamatan Sejangkung, yakni Semanga dan Sepantai. Kedua desa ini sampai sekarang, sejak dua pekan lalu, terisolasi banjir. Bantuan belasan ton beras ini kita utamakan untuk kedua desa itu karena khawatir mereka terancam kelaparan. Ini terjadi karena selama terisolasi banjir mereka tetap bertahan di dalam rumah. Di Desa Semanga dan Semelagi paling sedikit sekitar 500 keluarga yang bertahan di dalam rumah dengan mendirikan para-para, berupa panggung darurat dalam rumah untuk memasak, menyimpan harta benda dan tempat tidur. Kedua desa yang terletak sekitar 225 kilometer utara Kota Pontianak ini hanya bisa didatangi dengan menggunakan speedboat atau kapal motor. Sementara untuk membeli berbagai kebutuhan pokok ke Sambas mereka harus mengeluarkan ongkos untuk speedboat Rp 150.000-Rp 300.000. Keterangan yang dihimpun Kompas menyebutkan, sampai saat ini belum diketahui berapa banyak warga di dua desa itu yang terserang penyakit akibat berhari-hari dilanda banjir. Namun, korban banjir di Sambas selain mengalami kerugian tanaman padi mereka banyak yang gagal di panen, juga banyak rumah yang rusak. Di Kecamatan Selakau Sebanyak 149 penduduk Desa Sungai Daun, Kecamatan Selakau, sudah kembali ke desanya menyusul surutnya air di tempat itu. Di kecamatan ini, selama banjir satu pekan pada awal Januari lalu, posko kesehatan setempat melaporkan lebih dari 100 warga sakit, di antaranya menderita diare, demam, ISPA, penyakit kulit, dan rematik. Bahkan, dua anak di antaranya dilarikan ke rumah sakit Pemangkat karena menderita muntaber cukup parah. Dari Kabupaten Landak dilaporkan, data kerugian akibat banjir yang didapat Kompas baru dari Kecamatan Mempawah Hulu. Selain ratusan hektar tanaman padi yang terendam, pihak kantor kecamatan setempat melaporkan banjir yang terjadi pada 28-30 Desember 2004 juga di antaranya merusak 10 jembatan, 445 ekor babi mati, 275 ekor ayam mati, dan hilangnya 82.720 ekor ikan pada 34 keramba. Di Sebadu, Kecamatan Mandor, pada 28 Desember lalu banjir juga merobohkan delapan rumah warga setempat. Sementara di Kecamatan Ngabang sendiri, dari 34 desa, ada sembilan desa yang terkena banjir akibat luapan Sungai Landak. Meski belum ada laporan kerugian, lebih dari 2.000 rumah warga di kecamatan ini terendam air akibat banjir. (FUL) Post Date : 19 Januari 2005 |