Dua Minggu yang Mengecewakan

Sumber:Media Indonesia - 22 Desember 2009
Kategori:Climate

VOKALIS grup musik Radiohead Thom Yorke menumpahkan kekesalannya atas kesepakatan yang dihasilkan pada Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP-15) di Kopenhagen, Denmark, pada blognya. Yorke dikenal sebagai aktivis lingkungan yang cukup vokal.

Dia hadir di Kopenhagen dan rajin bercerita melalui blog yang beralamat di Radiohead.com. Beberapa bagian tulisannya ialah, "Saya betul-betul jijik dengan hasil di sana. Ini menunjukkan ketidakmampuan negara-negara Barat berlaku tegas. Kita tidak punya perjanjian internasional, semuanya sangat terlambat.

Saya sangat trauma atas pengalaman ini. Kalau Anda di sana seperti saya, Anda juga akan merasakannya."

Seperti diduga sebelumnya oleh banyak pihak, kesepakatan COP-15 akan lemah. Komitmen politik baru bernama Copenhagen Accord itu diprotes sejumlah kalangan, terutama para aktivis lingkungan antara lain Greenpeace, Oxfam Internasional, dan WWF. Mereka berpendapat, seharusnya kehadiran 119 kepala negara dan kepala pemerintahan pada COP-15 bisa menghasilkan perjanjian yang mengikat secara hukum (legally binding) sesuai dengan Bali Action Plan.

Copenhagen Accord Seperti telah diberitakan Media Indonesia (20/12), Copenhagen Accord mengalami sekitar delapan perubahan draf dalam satu malam sampai Sabtu (19/12). Salah satu kesepakatan yang disorot ialah mengenai pembatasan kenaikan suhu bumi tidak boleh lebih dari 2 derajat celsius. Di dalamnya, tidak ada kesepakatan mengenai angka jelas pengurangan emisi yang harus dilakukan ataupun target dan tahun pengurangan emisi. Bahkan dokumen tersebut menyebut bahwa kelompok negara miskin (least developed countries) dan kelompok negara kepulauan kecil (small island developing states) bisa mengambil tindakan mitigasi secara sukarela dengan bantuan internasional.

Terdapat komitmen keuangan yang diberikan Uni Eropa yaitu US$10,6 juta, Jepang US$11 juta, dan Amerika Serikat US$3,6 juta untuk periode 2010-2012. Terdapat juga daftar komitmen reduksi emisi, baik dari negara maju maupun negara berkembang.

Salah satu poin perseteruan antara China dan Amerika Serikat yang menghambat majunya negosiasi, yaitu tentang kewajiban pelaporan emisi (measurable, reportable, verifiable/MRV) mengenai aktivitas mitigasi negara industri baru, diperhalus dalam teks ini. MRV kini diganti menjadi `konsultasi internasional dan analisis di bawah petunjuk jelas tanpa mengganggu kedaulatan nasional'.

Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki Moon dalam konferensi persnya menyatakan, "Kami akan bekerja sekeras mungkin mengubah kesepakatan politis ini menjadi sebuah traktat hukum yang mengikat." Ban tidak bisa menjawab pertanyaan tentang target waktu yang dibutuhkan itu. "Kami berusaha melakukan yang terbaik untuk menyelesaikannya pada 2010," ujar Ban.

Panas lebih cepat Sehari setelah berakhirnya COP-15, Universitas Yale, Amerika Serikat, merilis temuan baru para geologis mereka di laman daring Nature Geoscience. Temuan itu menyebutkan naiknya suhu bumi akan lebih cepat jika dibandingkan dengan ramalan semula.

Mereka menghitung kenaikan suhu berdasarkan model yang mereka konstruksi mengenai konsentrasi CO2 di atmosfer pada masa Pliocene atau masa 3 juta sampai 5 juta sebelum bumi terbentuk. Model itu dikonstruksi untuk memperkirakan tingkat sensitivitas terhadap kondisi kesetimbangan bumi. Para peneliti menemukan, tingkat konsentrasi CO2 pada masa itu ialah 365-415 ppm (part per million), serupa dengan kondisi saat ini sekitar 386 ppm.

Pada masanya, komposisi CO2 tersebut menyebabkan bumi lebih panas 2 sampai 3 derajat celsius jika dibandingkan dengan saat ini. Berdasarkan model tersebut, kenaikan temperatur bumi kelak diperkirakan akan mencapai 1,5 sampai 4,5 derajat celsius.

"Model ini memperhitungkan perubahan tekanan uap air di atmosfer, distribusi lapisan es, awan dan aerosol," kata Mark Pagani, profesor geologi dan geofisika Universitas Yale yang mengetuai tim peneliti itu.

Dia menjelaskan kelompoknya secara khusus mengamati sensitivitas iklim bumi sebagai sebuah sistem dengan mengamati periode-periode penting terjadinya indikasi pemanasan bumi. Termasuk mengamati imbas jangka panjang seperti pergeseran lapisan es, ekosistem daratan, dan gas rumah kaca selain CO2.

"Hasil studi ini dan rekonstruksi kondisi bumi di masa lalu yang telah dilakukan peneliti lain menunjukkan iklim sangat sensitif terhadap konsentrasi CO2. Jauh lebih sensitif daripada apa yang mereka diskusikan dalam pembicaraan penentuan kebijakan," kata Pagani.

Lebih jauh ia memperingatkan, "Karena tidak ada indikasi bahwa perilaku bumi di masa mendatang akan bergeser jauh dari masa lalu, kami meramalkan kenaikan temperatur yang terus berlanjut, bahkan jika kita mampu mempertahankan konsentrasi CO2 seperti saat ini." (Isy/Sciencedaily/Yale/P-3/Maria Jeanindya)



Post Date : 22 Desember 2009