|
[JAKARTA] Lebih dari dua minggu, ratusan pelanggan PT Thames PAM Jaya (TPJ) di kawasan Cawang, Jakarta Timur, tak memperoleh air bersih. Mereka mengaku kecewa karena pihak PT TPJ tak kunjung memastikan kapan pelayanan air PAM di kawasan itu kembali normal. Menurut Mersya (46), warga Cawang III, pihak TPJ tidak pernah menyampaikan secara resmi gangguan pelayanan air PAM kepada pelanggan. Bahkan, operator air minum di kawasan timur Jakarta itu, sudah beberapa kali tidak menepati janji. Dia mengungkapkan, air PAM di kawasan itu, mati sejak 3 Februari 2008, setelah banjir besar melanda Jakarta. Setiap kali dihubungi, Pihak TPJ berjanji layanan air PAM di kawasan itu akan normal kembali. Namun sampai lewat dua minggu janji itu, tak juga terbukti. "Terakhir, waktu saya hubungi, TPJ janji hari Minggu (18/2) air PAM akan jalan. Ternyata sampai hari ini, belum jalan juga. Terus terang kami kecewa," kata Mersya, kepada Pembaruan, Senin (19/2). Dia mengungkapkan, pelanggan air PAM di kawasan itu, terpaksa menggunakan air dari pompa milik tetangga. Namun, mereka harus menunggu giliran karena berbagi dengan warga lainnya. Mersya berharap, pihak TPJ segera membuktikan janji untuk menormalkan kembali pelayanan air PAM. Jika tidak, warga Cawang III sudah sepakat tidak akan membayar tagihan air bulan Februari 2007. Hal senada juga dikatakan Ria (43), warga Jalan Budhi, Jakarta Timur. Menurutnya, PT TPJ seharusnya memberikan kompensasi kepada pelanggan yang mengalami gangguan layanan air minum. "Telkom dan PLN beri kompensasi kepada pelanggan. Kok, untuk pelanggan air PAM tidak ada kompensasi sama sekali?" kata Ria. Repot Belum normalnya pelayanan air PAM di kawasan Cawang, bukan hanya membuat repot pelanggannya, tetapi juga pemilik jet pump. Mereka terpaksa mengatur jadwal dan bangun lebih pagi untuk melayani tetangga yang meminta air. Menurut Yanti (22), warga Jalan Nasional Gobel, dia terpaksa bangun pukul 04.00 WIB untuk menyalakan mesin pompa air. Tujuannya agar air di bak penampungan bisa penuh dan dapat dibagikan kepada tetangga yang membutuhkan. "Kita atur jadwal, tetangga boleh minta air tapi tidak boleh lebih dari jam 18.00 WIB karena listriknya (daya, Red) enggak kuat," kata Yanti, yang harus melayani permintaan air dari empat rumah, tetangganya. Ketika ditanya bagaimana kalau tagihan listriknya membengkak akibat pemakaian jet pump yang cukup tinggi, Yanti mengatakan, para tetangga berjanji akan patungan membayar rekening listrik. "Tapi bingung juga nanti mintanya bagaimana. Soalnya, mereka kebanyakan keluarga yang hidupnya pas-pasan. Makanya, saya harap air PAM bisa segera jalan, supaya mereka tidak susah dan saya juga tidak repot," kata Yanti. Sementara Ida (53), warga Cawang Pulo, mengaku macetnya air PAM membuat dirinya kesulitan memperoleh air bersih untuk keperluan sehari-hari dan membersihkan rumahnya dari sisa lumpur akibat banjir. "Sampai hari ini, masih banyak lumpur sisa banjir yang belum bisa kami bersihkan karena tidak ada air bersih," kata Ida. Sementara itu, dalam siaran persnya beberapa waktu lalu, Mark Waite, Presiden Direktur TPJ mengatakan, banjir besar yang melanda Jakarta membuat pelayanan TPJ mengalami krisis yang terparah selama pelayanannya di Jakarta. "Krisis terparah ini, telah berdampak pada hampir dua per tiga pelanggan TPJ di wilayah belahan timur Jakarta," katanya. Karena itu, TPJ berusaha memperbaiki IPA Buaran yang memproduksi air bersih 5.000 liter/detik dari kerusakan akibat terendam banjir. TPJ menghimbau warga yang membutuhkan suplai air bersih untuk selalu berkoordinasi dengan pihak RT/RW maupun kelurahan setempat, secara kolektif, sebelum menghubungi Contact Center 24 Jam TPJ di nomor telepon (021) 577.2010. [J-9] Post Date : 19 Februari 2007 |