|
Usai sudah peresmian Denpasar Sewerage Development Project (DSDP) di Denpasar, Bali. Lelah, gembira, bangga, dan lainnya yang dirasakan Panitia berbaur menjadi satu kala orang nomor satu di Indonesia dengan semangat pembangunannya menekan tombol sirine, tanda bahwa DSDP dan enam proyek infrastruktur Pekerjaan Umum lainnya di Bali siap dimanfaatkan. Yang tersisa adalah ekspektasi dari saksi mata peresmian dan pihak-pihak yang terlibat dalam proyek kepada target dan sasaran yang tercantum di atas kertas selama ini. Langit Bali yang cerah dan lebih dari seribu pengunjung yang memadati pelataran bangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) DSDP menjadi saksi diresmikannya DSDP pada hari Sabtu, 14 Juni 2008 atau tepat sepekan setelah umat Hindu di Bali merayakan Hari Raya Saraswati dan Banyu Pinaruh yang jatuh pada tanggal 7 dan 8 Juni 2008. Hari Saraswati bermakna memberikan penghormatan pada turunnya ilmu pengetahuan untuk manusia, dan Banyu Pinaruh diperingati melalui pensucian diri para pemeluk Hindu dengan air yang disucikan. Ini, jika boleh diartikan, masyarakat Bali menyaksikan persemian DSDP dengan kondisi jiwa dan pikiran yang jernih setelah disiram air suci dan respek yang tinggi pada pelestarian air sebagai sumber kehidupan. Bali banyak dianggap orang sebagai salah satu nirvana di Indonesia, bahkan di dunia. Pesonanya mampu menyedot masyarakat Internasional untuk menyesal jika belum berkunjung ke tanahnya para dewa ini. Sebagai salah satu sumber devisa negara, Bali layak dipertahankan sampai titik darah penghabisan dari ancaman perusakan sampai pencorengan citranya. Tahun 2001 menjadi masa yang pahit bagi Bali usai terjadi pengeboman yang menewaskan banyak turis manca negara. Namun berkat kegigihan masyarakat dan pemerintah, kepercayaan masyarakat internasional kembali pulih. Satu yang perlu diwaspadai adalah ancaman serius akibat ketidaksadaran masyarakat dalam mengelola sanitasi yang berdampak pada perusakan badan sungai, termasuk pantai yang selama ini menghiasi wajah Bali yang cantik. DSDP hadir untuk menanggulangi kemungkinan dampak pengelolaan sanitasi yang buruk. Perlu dicatat, pada tahun 1980an, dua turis Jepang terserang diare akibat air yang tercemar. Sontak Pemerintah Jepang melarang warganya berkunjung ke Bali, padahal negeri Sakura ini adalah salah satu penyumbang turis manca terbanyak di Bali. Namun alih-alih berlama-lama melarang warganya berwisata ke Bali, Pemerintah Jepang pada 1994 menawarkan bantuan kepada Indonesia untuk menata pengelolaan sanitasi yang lebih baik, yaitu membangun sistem pengolahan air limbah terpusat. Kendati pembangunannya memakan waktu yang lama, DSDP saat ini benar-benar siap dimanfaatkan untuk menjaga kesehatan dan meningkatkan kunjungan wisatawan. Proyek ini sempat mengalami penundaan saat era reformasi politik berlangsung, di mana kebijakan desentralisasi mulai digulirkan. Akibatnya proyek ini perlu tambahan waktu 5 tahun 10 bulan dari jadwal yang telah ditetapkan. Bali hanya di Indonesia Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada sambutannya menggarisibawahi pentingnya infrastruktur (DSDP) di Bali untuk menciptakan lingkungan yang sehat, bersih dan rapih. Menurutnya, pembangunan infrastruktur sangat penting untuk meningkatkan kesejahteraan dan daya saing daerah. "Jika infrastruktur di Bali terus dibangun akan meningkatkan daya saingnya di dunia internasional. Pembangunan infrastruktur juga dapat memudahkan kehidupan rakyat dalam segala bidang kehidupan, termasuk perekonomian. Dengan bergeraknya perekonomian, lapangan kerja juga akan terbuka sehingga pengangguran akan berkurang," tutur Presiden yang didampingi beberapa anggota Kabinet Indonesia Bersatu, termasuk Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto, serta disaksikan oleh Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Kojiro Shiojiri, dan Gubernur Bali Dewa Beratha. Presiden juga menuturkan, saat ini banyak negara-negara di dunai yang berusaha menciptakan kondisi alam yang mirip di Bali, misalnya di Timur Tengah. Mereka membangun pantai dengan kondisi pasir seperti Bali, pepohonan dan hotel berkarakter tropis. "Tapi saya katakan kepada mereka bahwa Bali yang asli hanya ada di Indonesia," tegas Presiden. Bali, lanjut Presiden banyak dikunjungi wisatawan mancanegara karena memiliki banyak kelebihan yang dikenal dengan 5 S, yaitu sea, sand, surfing, sun, dan smile. "Melalui Tahun Sanitasi Internasional 2008 ini, mari kita dukung lingkungan kita sehat, indah, bersih, dan rapih," ucap Presiden. DSDP dukung IYS 2008 Pada bagian lain, Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto mengatakan bahwa DSDP adalah salah satu bentuk perhatian Pemerintah Indonesia dalam rangka Tahun Sanitasi Internasional 2008 atau Internatinal Year of Sanitation (IYS). IYS mengingatkan kepada semua pihak akan bahaya pencemaran air sebagai sumber kehidupan manusia, khususnya yang berasal dari limbah, sampah dan buangan lainnya. Menurut Djoko Kirmanto, Sistem Perpipaan Air Limbah Denpasar (DSDP) adalah proyek pembangunan sistem perpipaan air limbah terpusat yang pada tahap pertama mencakup kawasan Kota Denpasar dan Kabupaten Badung dan dapat melayani 160.000 jiwa. Pembangunan DSDP dilatarbelakangi kenyataan akan tingginya pencemaran perairan Teluk Benoa, yang kemudian ditindaklanjuti dengan studi masterplan Japan International Corrporation Association (JICA) yang dilaksanakan pada 1991-1992. Proyek tersebut menurutnya merupakan kerjasama antara pemerintah Indonesia, baik Pusat maupun pemerintah provinsi Bali, dan Pemerintah Jepang. Kegiatan ini didanai oleh loan Japan Bank International Coorporation (JBIC) IP-431 yang berlaku efektif sejak 15 Desember 1994 dan berakhir pada OKtober 2008. Pelaksanaan proyek yang diresmikan tersebut merupakan tahap pertama dari tiga tahap yang direncanakan. Kegiatannya meliputi pembangunan jaringan pipa air limbah sepanjang 129 km meliputi jaringan pipa induk, sekunder, tersier dan lateral, serta pembangunan IPAL di Suwung. Sementara pembangunan DSDP Tahap II telah ditandatangani perjanjian loan dengan IP-550 pada 28 Maret 2008 di mana konstruksinya akan dilaksanakan pada 2009-2014. Menurutnya, pengelolaan sistem perpipaan air limbah terpusat ini dilakukan melalu pembentukan Badan Layanan Umum Pengelolaan Air Limbah (BLUPAL) yang diprakarsai oleh Pemerintah Provinsi Bali. "Salah satu yang menarik dalam pelaksanaan pembangunannya adalah diterapkannya metode clean construction dan di sebagian tempat dengan metode pipe jacking untuk meminimalisir gangguan aktivitas masyarakat akibat pembanganunan jaringan DSDP," ujar Menteri PU. Tingkatkan kunjungan wisata Keberadaan DSDP dipastikan akan meningkatkan pendapatan Bali dari sektor pariwisata Pasalnya, Bali bisa menjadi daerah yang bersih dari limbah dan nyaman untuk tinggal bagi para turis. Hal ini diyakini oleh DirekturJenderal Cipta Karya Budi Yuwono. Menurut IPAL dapat mengurangi tingkat pencemaran sampah ke pantai dan laut. Saat ini tingkat pencemaran pantai dan laut per harinya mencapai 128 ton. Dengan pengoperasian instalasi DSDP, pencemaran per harinya dapatditurunkan menjadi 106 ton. Tidak hanya itu, studi yang dilakukan Ditjen Cipta Karya, pendapatan sektor pariwisata di Bali pada 2009 meningkat sebesar Rp 500 miliar. Dengan dioperasikannya DSDP, dalam lima tahun kedepan diperkirakan akan meningkat menjadi Rp 706, 478 miliar. Berbeda dengan tidak adanya DSDP, pendapatan tersebut diperkirakan turun menjadi Rp 313, 9 9 miliar. Budi Yuwono menerangkan, DSDP Tahap I pada awalnya akan melayani 10 ribu sambungan rumah atau setara dengan 50 ribu jiwa. Selain itu, DSDP juga melayani sambungan ke hotel-hotel dan restoran-restoran dengan biaya penyambungan sebesar Rp 1,5 juta. Sementara bagi rumah tangga akan mendapatkan subsidi dari Pemda sehingga cukup membayar Rp 600 ribu. Selanjutnya, tiap rumah yang mendapatkan sambungan diwajibkan membayar sekitar Rp 5000 per bulan sebagai retribusi. Untuk hotel, biaya retribusi ditetapkan berdasarkan jumlah kamar, dan restoran berdasarkan jumlah kursi. Clean Construction Salah satu yang menarik dari pembangunan DSDP ini adalah diterapkannya metode 'clean construction' untuk meminimalisir gangguan aktivitas masyarakat akibat pembangunan jaringan ini. Selain itu, menarik disimak bagaimana proyek yang sudah lama diterapkan di Jepang ini secara teknis dibangun. IPAL menggunakan lahan seluas 10 hektar yang disediakan Pemerintah Propinsi Bali dengan biaya lahan sebesar Rp 100 miliar. IPAL berkapasitas 51.000 m3 per hari. IPAL akan menghasilkan keluaran air olahan dengan BOD (Biological Oxygen Demand) kurang dari 30mg/liter (masih lebih baik dari standar mutu, yaitu 50mg/liter). Selanjutnya dapat dimanfaatkan untuk penyiraman taman kota atau dialirkan ke laut. Untuk mengatasi adanya rembesan terhadap air tanah pada kolam aerasi dilakukan pelapisan dengan geo-membrane dan geotextile (lapisan kedap air yang sangat kuat). Sementara itu, lingkungan sekitar IPAL ditanami pohon dan diberi taman agar nyaman. Dengan demikian kekhawatiran dan pandangan bahwa IPAL merupakan tempat kumuh dan kotor akan hilang. Selain itu, IPAL juga dijadikan sebagai pusat pendidikan dan penanaman kesadaran masyarakat terhadap lingkungan. Pada unit pengolahan air limbah ini menggunakan sistem kolam aerasi dan sedimentasi. Aerasi digunakan untuk mengurangi kebutuhan luas lahan dan meningkatkan proses pengolahan menjadi lebih cepat sekaligus meniadakan bau yang mungkin timbul akibat proses oksidasi yang tak sempurna. Sistem tersebut relatif lebih sederhana sehingga tidak memerlukan tenaga atau operator dengan kualifikasi khusus untuk pengoperasian dan pemeliharaannya. Ditinjau dari segi biaya investasi dan operasi pemeliharaannya juga relatif rendah. Selain IPAL, pembangunan DSDP juga mencakup rumah pompa dan jaringan perpipaan dengan bangunan pelengkapnya sampai sambungan ke rumah-rumah. Penggalian dan pemasangan pipa air limbah menggunakan tiga metode. Pertama, galian terbuka tanpa turap dan penahan; kedua, galian terbuka dengan turap kayu, baja clan sheeting pile; dan ketiga, sistem pipe jacking yang digunakan untuk perlintasan sungai, jalan yang padat lalu lintasnya dan galian yang dalam. Pembangunan DSDP di Bali memberikan banyak manfaat, antara lain mengurangi pencemaran air tanah, air sungai dan pantai. DSDP juga dapat mendongkrak citra Kota Denpasar, Sanur dan Kuta sebagai daerah tujuan wisata utama internasional yang bebas pencemaran sehingga bersih dan bebas penyakit serta mempermudah pemantauan kualitas lingkungan dan dapat menjadi sarana pendidikan, penelitian dan pariwisata. Manfaat khususnya antara lain tidak perlu lagi melakukan pengurasan atau khawatir akan rembesan tangki septik sehingga masyarakat terhindar dari sumber penyakit seperti diare, disentri, muntaber, dll. (Bcr) Post Date : 01 Juni 2008 |