|
GUNUNGKIDUL -Sebagian masyarakat menjerit akibat Pemkab menghentikan droping air gratis gara-gara kehabisan dana. Padahal, sekarang masyarakat sangat membutuhkan air karena musim kemarau yang berkepanjangan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, warga terpaksa harus membeli air ke penjual swasta yang harganya cukup mahal. ''Sudah seminggu ini droping air dari Pemkab dihentikan. Mau tidak mau warga harus membeli air ke penjual swasta. Itu pun hanya warga yang mempunyai uang,'' kata Camat Saptosari, Cahyadi Sunaryo, kemarin. Menurut Cahyadi, penghentian droping air oleh Pemkab itu karena kehabisan anggaran untuk mengatasi kekeringan. Saat ini Pemkab sudah mengajukan anggaran tambahan lewat APBD Perubahan, hanya belum disetujui sehingga droping air belum bisa dilakukan lagi. ''Pemberitahuan dari Pemkab memang seperti itu. Mereka menghentikan droping air karena kehabisan dana. Padahal, hingga kini masyarakat masih terus mengajukan permintaan droping air. Kami juga bingung harus bagaimana, apalagi kekeringan makin meluas,'' jelas Cahyadi. Sejak droping air dihentikan, menurutnya, sekarang warga terpaksa membeli air kepada penjual swasta. Harga satu tangki air berisi 5.000 liter Rp 110.000 hingga 140.000. ''Di Kecamatan Saptosari, harganya hingga Rp 140.000 per tangki. Tetapi di kecamatan lain yang lebih sulit dijangkau, harganya bisa mencapai Rp 160.000 per tangki,'' katanya. Ke Jateng Camat Girisubo, Budi Hartono, mengatakan, akibat penghentian droping air oleh pemerintah, sebagian masyarakat terpaksa mencari air hingga ke Jateng. Telaga Puring yang selama ini menjadi sumber air bagi warga sudah kering. ''Warga sekarang mencari air hingga ke Pracimantoro di Kabupaten Wonogiri,'' kata Budi. Kepala Bagian Perekonomian dan Pembangunan (Ekbang) Drs I Ketut Santosa membenarkan, pemerintah telah menghentikan droping air gratis. Anggaran untuk penanggulangan kekeringan Rp 148 juta tahun ini telah habis untuk droping air selama sebulan. ''Betul kami telah menghentikan droping air, tepatnya sejak 25 September lusa. Saat ini kami telah mengajukan anggaran tambahan Rp 400 juta lewat APBD Perubahan, tapi belum ada keputusan,'' kata Santosa. Berdasarkan informasi, kini ada 83 desa dari 146 desa di Kabupaten Gunungkidul dilanda kekeringan. Kekeringan itu meliputi 11 kecamatan dari 18 kecamatan. Warga yang selama ini mengandalkan air dari telaga makin kesulitan lantaran 95% dari 270 telaga di Gunungkidul mengering. ''Jangankan untuk ternak, kami mau minum aja sekarang kesulitan,'' kata Parjio, warga Panggang. (sgt-66) Post Date : 09 Oktober 2006 |