|
Jakarta, Kompas - Masih banyak saluran air atau drainase yang rusak dan hilang tertutup material tanah dan sampah di Jakarta tidak diperbaiki meski sudah terjadi banjir. Perbaikan yang dilakukan pihak terkait masih bersifat parsial. Akibatnya, genangan tetap terjadi sehingga berpeluang besar menimbulkan banjir kembali. Buruknya drainase diduga kuat menjadi salah satu penyebab utama adanya genangan dan banjir di Jakarta. Sebagian jaringan drainase tidak berfungsi dengan baik. Saluran yang rusak dan tersumbat sampah, misalnya, dibiarkan begitu saja. Bahkan ada saluran air yang hilang. Pemantauan Kompas di sejumlah tempat di Jakarta Utara, Kamis (6/12), menunjukkan adanya persoalan itu. Jalan arteri Yos Sudarso di sisi timur dan barat di Plumpang dipenuhi oleh pasir dan sampah. Hingga kemarin, sisi timur jalan di seberang Kantor Pemasaran Pertamina tersebut tidak dikeruk dan air menggenang. Saluran rusak itu berlangsung sejak tahun lalu. Perbaikan drainase dilakukan secara parsial. Ke arah selatan sisi timur jalan ada perbaikan meski dilakukan sepotong-sepotong. Saat hujan turun, drainase yang diperbaiki tidak bisa mengalirkan air. Airnya tetap berdiam di tempat hingga meluap ke jalan. Air itu menggenangi jalan karena mulut air penuh sampah. Di sisi baratnya ada genang air akibat tidak berfungsinya mulut air. Genangan terjadi di samping gerbang keluar tol Sunter karena mulut air tidak ada sehingga air tidak cepat mengering. Drainase di Jalan RE Martadinata lebih buruk lagi. Saluran di sisi selatan jalan, yakni sepanjang hampir 400 meter menjelang jalan layang RE Martadinata, hilang tertutup sampah. Hal yang sama juga terjadi di Pangeran Jayakarta, Jakarta Pusat, dan kawasan Kapuk, Jakarta Barat. Drainase tua Kepala Suku Dinas Tata Air Jakarta Pusat Budiadi mengakui, hingga kini masih 40-50 persen sistem drainase yang belum diperbaiki. Pada umumnya, saluran air di Jakarta Pusat, bahkan di seluruh DKI Jakarta, sudah tua, yakni peninggalan Belanda. Rata- rata lebar saluran lama 60 sentimeter sehingga tidak mampu menampung limpahan air. Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo mengakui, saluran drainase di Jakarta Pusat tidak sesuai dengan rancangan teknis. Saat melakukan inspeksi mendadak kemarin, Fauzi meminta agar pembangunan dan pemeliharaan drainase dilakukan sesuai standar. Drainase yang dinilai tidak sesuai dengan rancangan teknis antara lain di Jalan Teuku Umar dan Jalan Biak. Saluran drainase itu tidak rapi dan berisiko jebol. Perbaikan saluran drainase di Jakarta pada 2007, kata Fauzi, mendapat anggaran Rp 182 miliar. Dia meminta dinas pekerjaan umum melakukan pengawasan melekat terhadap rekanan yang memperbaiki atau membangun drainase baru. Rekanan yang melakukan pembangunan secara sembarangan harus ditegur dan diberi catatan buruk. Kerugian akibat banjir Pada awal bulan Februari 2007, banjir mengakibatkan 350 ruas jalan seluas 1,03 juta meter persegi di Jakarta rusak ringan, dengan kerugian mencapai Rp 169,7 miliar. Jalur bus transjakarta juga rusak, dengan kerugian Rp 20 miliar. Dua jembatan dengan luas 805 meter persegi rusak ringan, dengan kerugian mencapai Rp 6,4 miliar. Sebuah jembatan gantung seluas 135 meter persegi rusak parah, dengan kerugian mencapai Rp 2,5 miliar. Total kerugian di subsektor jalan dan jembatan mencapai Rp 198,6 miliar. Sementara kerugian bidang tata air mencapai Rp 124,4 miliar. (CAL/ECA/NEL/ONG) Post Date : 07 Desember 2007 |