Drainase Jakarta Tak Lancar

Sumber:Koran Tempo - 13 Desember 2006
Kategori:Drainase
JAKARTA -- Musim hujan sudah di depan mata. Tapi kondisi saluran-saluran air alias drainase di Jakarta sudah tidak memadai. Beberapa di antaranya malah sudah rusak.

Wisnu Subagio, Kepala Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta, mengatakan mereka terpaksa membongkar beberapa drainase yang rusak. "Pembongkaran itu merupakan perawatan skala berat," kata Wisnu kepada Tempo pada akhir pekan lalu.

Dinas itu mencatat lima wilayah di Kota Jakarta dilintasi 1.583 kilometer saluran air mikro. Selain itu, ada saluran makro dan submakro sepanjang 442 km. Saluran-saluran tersebut terintegrasi dengan 15 sungai yang mengular di Ibu Kota.

Masalahnya, tak semua drainase itu lancar mengalirkan air. Ironisnya, kondisi itu terdapat di kawasan yang rawan banjir. Sebagian drainasenya mampat oleh sampah atau endapan lumpur.

Drainase di Perumahan Taman Meruya Ilir, Jakarta Barat, mampat akibat endapan lumpur. Air hanya bisa mengaliri setengah bagian Kali Meruya, yang membelah perumahan itu.

Di depan Pasar Meruya, sampah dan sisa makanan menumpuk. Akibatnya, air menggenang dan tingginya nyaris mencapai badan jalan raya.

Seorang penjual bawang akhir pekan lalu kedapatan membuang sampah di saluran itu. "Habis, tidak ada tempat sampah," kata Junaidi, 45 tahun, sang pedagang, dengan tak acuh. Padahal sepuluh meter dari tempatnya menggelar lapak, ada sebuah tong sampah.

Adapun saluran air di Kebon Sirih, Jakarta Pusat, sedang dikeruk oleh Dinas Pekerjaan Umum. Demikian pula saluran air di Jalan Ridwan Rais, di selatan Jalan Medan Merdeka Timur.

Di seberang kantor Wali Kota Jakarta Timur, saluran airnya malah mampat. Lapisan padat berwarna hijau membuat aliran air terhenti. Demikian pula di Lagoa, Rawa Badak, dan Tanjung Priok. Salah satunya adalah saluran di selatan kantor Kepolisian Resor Jakarta Utara.

Wali Kota Jakarta Utara Effendi Anas mengatakan 60 persen saluran air di wilayahnya memang mampat. Hal itu disebabkan permukaan tanahnya yang lebih rendah daripada permukaan laut. "Jadi air tidak bisa ke mana-mana," katanya berkilah.

Bila hujan dan air laut pasang, celakalah kawasan tersebut. "Hujan sedikit saja pasti banjir," ujarnya.

Di Jakarta Selatan, Suku Dinas Tata Air menyebutkan ada delta atau endapan tanah yang membentuk daratan, yang terbentuk di delapan kawasan yang rawan banjir.

Anwar, Koordinator Seksi Pemeliharaan Bangunan Air, mengatakan delta-delta itu berada di penghubung Kali Krukut di Puloraya; penghubung Kali Mampang di Jalan Kemang Dalam 10; penghubung Kali Krukut di Jalan Lebak Bulus III; penghubung Kali Grogol di Jalan Permata Hijau; penghubung Kali Grogol di Palmerah; Kali Krukut di Jalan Kapten Tandean; Kali Krukut dekat Widya Chandra, Kebayoran Baru; serta Kali Krukut di belakang Kantor Wali Kota Jakarta Selatan.

Kepala Subdinas Pengendalian Sumber Daya Air dan Pantai I Gde Nyoman Soewandhi mengatakan pemerintah Jakarta sudah menganggarkan dana Rp 321 miliar untuk pengerukan drainase dan pelebaran sungai. Total sungai yang dikeruk 3,5 km. Salah satunya adalah pelebaran Kali Cideng. "Karena adanya bottle neck (bentuk leher botol), arus air kurang lancar," kata Nyoman kepada Tempo kemarin.

Dinas Pekerjaan Umum juga akan membangun pompa air di Waduk Melati, menempatkan pompa air di Jalan Kapuk 1-3, Kapuk Muara, Kedoya, dan Muara Angke. Sementara itu, sampah-sampah di beberapa pintu air juga akan diangkat. YUDHA SETIAWAN | REZA MAULANA | MARLINA



Post Date : 13 Desember 2006