Jakarta, Kompas - Kondisi drainase di Jakarta sangat buruk. Banyak saluran menyempit, tersumbat, tertutup pipa, dan tertutup bangunan atau fondasi. Akibatnya, air hujan tidak dapat segera disalurkan ke sungai dan menggenang di jalan. Dengan kondisi ini, jalan-jalan di Ibu Kota terancam terus tergenang hingga 2010.
Kondisi itu terungkap dalam rapat kerja antara Komisi D DPRD dan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) DKI Jakarta, Senin (16/11).
Dalam rapat kerja itu, Ketua Komisi D DPRD DKI Berlin Hutajulu menanyakan penyebab terjadinya banyak genangan di berbagai penjuru Jakarta pada Jumat (13/11). Padahal, hujan lebat hanya terjadi dua jam.
Mohammad Sanusi, anggota Komisi D, mengatakan, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI selalu meminta anggaran besar untuk mengeruk sungai, tetapi melupakan drainase. Akibatnya, Jakarta didera genangan setiap kali hujan lebat.
Kepala Bidang Pemeliharaan Sumber Daya Air DPU DKI Jakarta Tarjuki menyebutkan, terdapat banyak masalah yang membuat kondisi drainase
menjadi buruk. Di Jakarta Pusat, penurunan permukaan tanah mulai dari 0,3 meter sampai dengan 1,2 meter setiap tahun membuat saluran drainase menjadi datar dan ujungnya mengecil. Air pun susah mengalir.
Kondisi seperti itu terjadi pada saluran drainase di sekitar Jalan MH Thamrin, Pejambon, Jalan Sabang, dan Jalan Medan Merdeka Timur.
Selain itu, saluran drainase mikro ada yang tertutup pipa dan kabel, bahkan tertutup fondasi atau bangunan.
Sumbatan pada drainase, ujar Kepala Suku Dinas Pekerjaan Umum Tata Air Jakarta Pusat Agus Priyanto, juga terjadi akibat tumpukan sampah.
Buruknya drainase juga ditemukan di kawasan lain di Jakarta. Di Jakarta Selatan, hujan lebat kurang dari satu jam yang mengguyur pada Senin kemarin langsung memunculkan genangan di Jalan TB Simatupang, Jalan Ciledug Raya, khususnya di pertigaan Swadarma; jalan di depan Pasar Cipulir, dan sebelum Kebayoran Lama.
Genangan di depan Pasar Cipulir, misalnya, sulit surut. Padahal, sekitar 20 meter dari pasar terdapat aliran sungai cukup lebar.
Di Matraman, Jakarta Timur, ungkap Tarjuki, drainase pernah diperbaiki dan diperlebar pascagenangan tahun 2004. Selama empat tahun kawasan itu aman, tetapi kini kembali tergenang karena saluran mikro tertutup tiang halte bus transjakarta dan bangunan lainnya.
Menurut Tarjuki, Pemprov DKI Jakarta sudah menganggarkan Rp 47 miliar untuk perbaikan drainase mikro pada tahun 2010. Namun, pembangunannya baru akan dimulai April 2010 sehingga genangan tetap akan ada sampai Maret.
Bahaya banjir
Buruknya drainase di Jakarta diduga akan memperparah potensi banjir yang mungkin terjadi selama musim hujan tahun ini. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memprediksi ada 28 kawasan rawan banjir yang tersebar di lima wilayah kota di Jakarta selama November ini. Namun, banjir yang terjadi masih dalam kategori rendah jika dilihat dari skala luas dan tinggi genangan. Diperkirakan, rata-rata kedalaman genangan kurang dari 50 sentimeter.
Sementara pada Desember nanti, banjir diprediksi bakal meluas. Kategori banjir pun meningkat, yakni banjir rendah, menengah, dan tinggi dengan kedalaman genangan lebih dari satu meter. (art/nel/win/eca)
Post Date : 17 November 2009
|