|
Cengkareng-Suku Dinas Tata Air Jakarta Barat sudah mengoperasikan pompa untuk air yang mengg enangi halaman SD dan SMP Yayasan Esti Bakti, Kelurahan Kapuk, Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat. Halaman itu sudah kering, Selasa (20/3). Namun, penyedotan itu dinilai bukan solusi permanen. Suryanto dari Bagian Umum Yayasan Esti Bakti mengatakan, menyedot air bukanlah solusi permanen untuk mengeringkan banjir di halaman tersebut. Sebab, air akan kembali menggenangi halaman sekolah ketika hujan. “Sekolah ini sudah seperti bak penampungan di antara rumah-rumah warga yang ditinggikan. Jadi, kalau tak ada saluran air saat hujan, pasti akan banjir lagi,“ ujar dia, Selasa (20/3). Halaman SD dan SMP Esti Bakti terendam air setinggi 30 sentimeter sejak 2009 atau selama tiga tahun terakhir. Tidak hanya itu, banjir juga membuat gedung taman kanak-kanak (TK) yayasan itu tidak bisa beroperasi. Banjir yang menggenangi halaman menghambat kegiatan belajar mengajar. Murid tak dapat melakukan kegiatan olahraga dan upacara. Selain itu, murid terpaksa menggunakan sandal untuk memasuki sekolah. Kemudian, mereka mengganti dengan sepatu ketika belajar. Pada Senin (19/3), Suku Dinas Tata Air Jakarta Barat telah menyedot air di halaman sekolah. Namun, penyedotan terkendala panjang selang. Kepala SD dan SM Yayasan Esti Bakti Agustinus Budi Riyanto mengatakan, penyedotan berlangsung hingga kemarin. “Petugas membawa selang tambahan,“ kata dia. Kini, menurut Budi, halaman sekolah itu telah kering, tapi gedung TK dan halaman menuju aula yayasan masih tergenang air. “Tapi, mobil pompa masih menyedot air di depan teras ruangruang kelas,“ ujar Budi. Saluran air buruk Permintaan sekolah agar saluran air di Kapuk memang wajar diutarakan.Saluran air yang macet itu membuat beberapa aktivitas di wilayah tersebut terhambat. Tidak hanya sekolah, aktivitas puskesmas juga kerap terhambat karena masalah saluran ini. Sekitar 200 meter dari Yayasan Esti Bakti, terdapat Puskesmas Kapuk II yang juga bernasib sama. Selama dua tahun, halaman puskesmas tersebut terendam air setinggi 20 sentimeter. Padahal, bangunan puskesmas telah direnovasi pada 2011 lalu. Hal tersebut menyebabkan warga yang ingin berobat ke puskesmas harus rela menerjang genangan. Pihak puskesmas sudah menyediakan bot untuk memudahkan warga berobat. Tapi, itu bukan solusi. Karena itu, masyarakat dan kecamatan setempat sudah meminta Suku Dinas Tata Air untuk melakukan perbaikan. Junaedi, camat Cengkareng, mengatakan, pihaknya sudah beberapa kali mengusulkan pengerukan. “Januari katanya mau dikeruk, soalnya salurannya sempit dan dangkal jadi air nggak mengalir,“ ujar dia. Permintaan yang sama juga diutarakan Kepala Suku Dinas Kesehatan Jakarta Barat Parwathi. Dia mengatakan, jalan masuk ke dalam Puskesmas Kapuk II telah diuruk dan ditinggikan agar sejajar dengan jalan. Tapi, peninggian itu juga bukan solusi permanen kalau pengurukan saluran air tidak ditinggikan. Karena itu, Parwathi meminta Suku Dinas Tata Air segera melakukan pengurukan saluran air di depan puskesmas. “Sebab, meski jalan masuk telah diuruk, banjir akan tetap terjadi jika saluran air tak perbaiki,“ kata dia. ratna puspita Post Date : 21 Maret 2012 |