Drainase di Jalan Buruk

Sumber:Republika - 17 Desember 2005
Kategori:Drainase
JAKARTA -- Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) DKI Jakarta, Wishnu Yusuf mengakui genangan air di jalan-jalan karena ada masalah dengan drainase. Itu terjadi karena pemeliharaan drainase di Jakarta memang belum memadai.

Oleh karena itu, menurut Wishnu, meskipun 90 persen drainase di wilayah Ibu Kota sudah terbangun, tetap saja tidak dapat mengatasi masalah genangan air. "Masalahnya ada pada pemeliharaan drainase air," katanya, Kamis (15/12). di sela-sela talkshow `Memahami Jakarta Bersama Bang Yos' di Wisma BNI, Jakarta.

Menurut Wisnu, pemeliharaan drainase terbentur anggaran karena alokasi dananya hanya Rp 5 miliar pada 2005. Anggaran itu untuk membiayai kegiatan seperti pembersihan dan perbaikan saluran yang drainase. Akibatnya, tambah Wihsnu, setiap kali hujan turun, banyak saluran yang tidak berfungsi, sehingga selalu menimbulkan genangan di jalan. Pemeliharaan drainase yang tidak maksimal itu diperburuk dengan tidak teraturnya jaringan utilitas PLN, PAM dan gas. Jaringan utilitas yang terletak di bawah tanah tersebut banyak yang tumpang tindih sehingga jika sampah yang masuk saluran ada yang tertambat dan menumpuk.

Kondisi itu sangat menghambat kelancaran pembuangan air terutama saat musim hujan. Air yang masuk saluran terhalang dengan penumpukan sampah, sehingga terjadi genangan seperti yang terjadi di Jalan MH Thamrin, Wahid Hasyim, Kebon Sirih dan Daan Mogot. "Tahun depan, kami sudah mengusulkan anggarannya terutama untuk pembenahan drainase di kawasan ring satu seperti di Jalan Kebon Sirih, Medan Merdeka dan juga MH Thamrin," kata Wishnu.

Mengenai kasus genangan air di Jl Daan Mogot, Jakarta Barat, Sudin Pekerjaan Umum (PU) Tata Air Jakarta Barat, mengaku penanganannya belum optimal. Bahkan menurut Kasudin PU Tata Air Jakarta Barat, Fachril Chatab, peninggian badan jalan tidak dapat menjadi solusi atas genangan air di ruas jalan tersebut.

Menurut Fachril, untuk mengatasi masalah genangan itu harus dengan memperbaiki sistem drainase di kawasan tersebut. Perbaikan sistem drainase itu, ujarnya, dengan membuat sebuah tempat penampungan. "Dari penampungan itu, baru dipompa keluar. Selama tidak dibuat penampungan, akan tetap terjadi genangan," ujarnya.

Sementara, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) DKI Jakarta, Slamet Daryoni, mengakui masalah tata air dan lingkungan di DKI kasus yang kompleks. "Kita tidak dapat menyalahkan satu institusi saja. Kesadaran masyarakat juga masih sangat kurang," ujarnya, kemarin (15/12).

Secara umum, ujar Slamet, rentannya Jakarta atas genangan dan banjir dikarenakan tiga hal. Yang pertama, sistem tata ruang tidak berperspektif lingkungan. Perbandingan resapan dan konstruksi tidak seimbang, sehingga kekurangan daerah resapan. Yang kedua, secara geografis, 40 persen kawasan Jakarta berada di bawah permukaan air laut. Dan yang ketiga, pembangunan infrastruktur tidak dibarengi sistem drainase yang baik. Menurutnya, permasalahan tata air akan berbicara tentang penanganan saluran air, drainase, sungai, dan akhirnya laut. Slamet berpandangan, keempat faktor itu, di DKI Jakarta, semuanya bermasalah. Dan seolah belum cukup, imbuhnya, kurangnya kawasan resapan dan pengelolaan sampah yang buruk menambah permasalahan tata air.

"Karena sampah yang tidak terangkut atau sampah yang diambil dari sungai tetapi tidak segera diangkat, pada akhirnya masuk ke saluran air dan sungai. Akibatnya mengganggu sistem tata air," ujar Slamet. Sebagai gambaran, setidaknya 10 persen dari total sampah DKI sebanyak 25 ribu ton per hari, tidak terangkut. Slamet menambahkan, di DKI Jakarta, daerah yang rawan genangan antara lain di kawasan utara Jakarta dan Cipinang di Jakarta Timur.

Untuk kawasan utara Jakarta, ujar Slamet, hal ini disebabkan reklamasi pantai di daerah itu. Akibat reklamasi itu ketinggian daerah pantai melebihi ketinggian daerah pemukiman. Karenanya, setiap kali air laut pasang, daerah itu tergenang air. "Yang kena adalah daerah Dadap. Memang ini problem kebijakan antara Pemprov DKI Jakarta dan Pemda Tangerang. Di Dadap, jika air pasang, akan tergenang setidaknya 50 cm," tutur Slamet.n( c35/c31 )

Post Date : 17 Desember 2005