Jakarta, Kompas - Saluran air sepanjang 63,94 kilometer di Jakarta Barat tidak berfungsi normal. Separuh di antaranya benar-benar mampat oleh bangunan permanen. Tidak heran jika ancaman banjir masih menghantui warga karena normalisasi baru berjalan di 120 titik dari 200 titik yang ada.
”Perlu upaya secara bertahap menormalkan kembali drainase. Tiga bulan pertama tahun 2010, kami memperbaiki drainase di 40 lokasi. Sampai pertengahan tahun ini, kami menargetkan bisa menormalkan kembali 80 titik drainase,” kata Kepala Suku Dinas Pekerjaan Umum Air Pemerintah Kota Jakarta Barat Heryanto, Selasa (13/4) di Jakarta.
Tahun ini, tersedia Rp 3 miliar untuk perbaikan drainase. Dana ini akan ditambah pada perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Pemkot Jakbar secara intensif sudah memperbaiki drainase sejak tahun 2009. Tahun 2009 sebanyak 40 titik drainase diperbaiki.
Tahun 2010 dan 2011, targetnya memperbaiki 80 titik drainase. Normalisasi saluran air ini akan berjalan di semua kecamatan di wilayah Jakarta Barat yang berjumlah delapan kecamatan.
Perbaikan berlangsung hampir setiap hari. Meski secara umum berjalan lancar, terkadang warga menolak. Hal ini terjadi ketika petugas Pemkot Jakbar membongkar bangunan permanen di atas drainase Jalan Mangga Raya, Kelurahan Duri Kepa, Kecamatan Kebon Jeruk, Selasa pagi.
Penolakan itu, katanya, datang dari tokoh masyarakat yang juga ketua rukun warga setempat. ”Kalau dibongkar, lebih baik saya membunuh orang saja,” katanya menirukan penolakan warga.
Namun, setelah melalui pembicaraan alot, petugas akhirnya berhasil membongkar bangunan permanen di atas drainase sepanjang dua kilometer di jalan itu. Bangunan permanen inilah yang menyebabkan air tidak bisa mengalir sampai ke Sungai Sekretaris di Kelurahan Duri Kepa. Kondisi ini dapat memicu banjir ketika hujan turun.
Talut rusak
Selain mampat oleh bangunan permanen, sebagian ruas drainase di Kelurahan Duri Kepa rusak. Talut drainase longsor sehingga menutup saluran utama. Kerusakan ini terjadi di jalan-jalan di sekitar Kantor Kelurahan Duri Kepa, Kebon Jeruk.
Tak semua warga menolak pembongkaran bangunan permanen di atas drainase. Sejumlah warga Kecamatan Cengkareng menyadari mereka melakukan kesalahan dengan menutup drainase permanen.
Puluhan warga di Kelurahan Cengkareng Timur, Kecamatan Cengkareng, bahkan membongkar sendiri bangunan mereka yang berdiri di atas drainase. Hanya saja mereka menyayangkan, larangan pemerintah ini disampaikan setelah puluhan tahun mereka mengecor drainase.
”Tak masalah bangunan di depan saya ini dibongkar asal tidak banjir,” tutur Sulastri (42), warga Kelurahan Cengkareng Timur, Kecamatan Cengkareng.
Sulastri membangun rumah persis di tepi drainase Jalan Kamal Raya yang tertutup beton. Sebelumnya, drainase di kawasan ini dalamnya 2 meter dengan lebar 3 sampai 4 meter. Namun, kini drainase itu dalamnya tidak sampai 1 meter dengan lebar rata-rata 1 meter.
Harapan serupa disampaikan Murwanto (40), warga Kelurahan Cengkareng Timur, Kecamatan Cengkareng. Dia mengatakan, drainase di sekitar rumahnya sudah lama tidak berfungsi. Saluran air tersebut mampat sehingga airnya tak dapat mengalir. Jika hujan turun, terjadi genangan yang meluber ke jalan. Dia mengharap agar ada perbaikan saluran air di tempat ini. (NDY)
Post Date : 14 April 2010
|