Jakarta, Kompas - Sebagian besar saluran air di kawasan permukiman tidak berfungsi karena tersumbat sampah. Kebiasaan warga membuang sampah sembarangan adalah penyebab utama penyumbatan itu. Meski berpotensi menyebabkan banjir, pemerintah tidak mampu mengatasi hal ini.
Kepala Suku Dinas Pekerjaan Umum Tata Air Jakarta Pusat Agus Priyono, Senin (8/11) di Jakarta, mengatakan, sumbatan sampah di saluran air di kawasan permukiman di Jakarta Pusat sulit diatasi. ”Di sekitar permukiman padat atau pasar, saluran airnya tersumbat sampah,” katanya.
Di Jalan Pangkalan Asem, Cempaka Putih Barat, misalnya, saluran airnya penuh sampah. Air di saluran itu sama sekali tidak mengalir dan sangat keruh. Ketika hujan deras, wilayah tersebut banjir.
Bahkan, di jalan-jalan utama seperti Jalan Merdeka Selatan kondisi saluran airnya juga buruk. Berbagai macam sampah, terutama plastik, menumpuk di saluran itu.
Agus mengatakan, pemerintah hanya berwenang mengeruk saluran penghubung dan protokol. ”Warga bertanggung jawab atas saluran air di lingkungannya dan dapat dibersihkan melalui program kerja bakti,” katanya.
Mochtar (77), warga Kelurahan Cempaka Putih Barat, Jakarta Pusat, berinisiatif membersihkan got di depan rumahnya. Dia membuat peralatan sendiri untuk itu. ”Di sini tidak ada kerja bakti membersihkan got,” katanya.
Di wilayah Jakarta Pusat, kata Agus, ada 37 titik rawan banjir. Sebanyak 8 titik di antaranya menjadi prioritas penanganan, antara lain Jalan Pangeran Jayakarta, MH Thamrin, Sudirman, Medan Merdeka Timur, Rajawali, Surabaya, kawasan Bendungan Hilir, dan Johar Baru.
Kini Suku Dinas Pekerjaan Umum Tata Air Jakarta Pusat membuat minipolder untuk mengatasi banjir di Jalan Pangeran Jayakarta dan penambahan pompa di Jalan Suratmo dan jembatan Mangga Besar 13.
DPRD DKI Jakarta meminta Dinas Pekerjaan Umum DKI mempercepat pengerukan saluran drainase. Hujan deras yang diperkirakan bakal turun lagi menjelang akhir tahun harus diantisipasi agar tidak menyebabkan banjir dan genangan yang memacetkan jalan.
”Jika memungkinkan, semua saluran drainase yang sedang dikeruk dapat selesai akhir November. Curah hujan bakal meningkat pada bulan Desember sehingga saluran drainase harus siap mengalirkan air agar tidak terjadi genangan,” kata anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta, M Sanusi, Senin di Jakarta Pusat.
Revitalisasi
Kepala Bidang Pemeliharaan Sumber Daya Air Dinas Pekerjaan Umum DKI Tarjuki mengatakan, dari 33 kawasan yang harus dibebaskan dari genangan oleh rekanan Dinas Pekerjaan Umum, belum ada satu pun yang selesai. Pekerjaan di ke-33 lokasi itu baru mencapai 11 persen.
Revitalisasi jaringan saluran drainase, dari mikro sampai penghubung, berlangsung lambat di awal karena harus melalui tahap peninjauan kondisi makro agar lebih efektif. Selain dikeruk dan dibersihkan, beberapa saluran drainase juga diperbesar agar daya tampungnya membesar.
Proses revitalisasi saluran drainase dimulai akhir Oktober lalu. Revitalisasi saluran drainase baru dapat selesai secara total pada 15 Desember.
Di sisi lain, 18 persimpangan saluran drainase selesai dibersihkan dan diperbaiki petugas Dinas Pekerjaan Umum. Banyak persimpangan saluran drainase tersumbat sampah sehingga air tak dapat mengalir dengan lancar.
”Masih ada lima persimpangan saluran drainase yang sedang dibersihkan dan 10 lainnya yang akan segera dibersihkan,” kata Tarjuki. (ECA/DEN)
Post Date : 09 November 2010
|