|
YOGYAKARTA (SINDO) – DPRD Kota Yogyakarta mengkritisi kinerja PDAM yang dinilai kurang maksimal dalam melayani masyarakat, terutama dalam penyediaan air bersih. Masyarakat khususnya di Kecamatan Tegalrejo kerap mengeluhkan kondisi air yang kotor, berbau, dan berwarna kehitaman. Sikap kritis ini disampaikan Dewan ke PDAM pada rapat Komisi II, kemarin. Anggota Komisi II DPRD Kota Yogyakarta Siti Majmuah mengutarakan,akibat keruhnya air PDAM warga khawatir dapat berdampak buruk pada kesehatan. Selama ini,warga banyak menyikapinya dengan membeli air kemasan untuk keperluan minum ataupun memasak. Air PDAM hanya digunakan untuk keperluan mandi dan mencuci. ”Semestinya kenaikan tarif pada Oktober 2007 lalu diimbangi dengan pelayanan kepada masyarakat. Jika seperti ini, tentu akan memberatkan warga.Karena mereka harus membeli air kemasan untuk konsumsi,”katanya. Kepada PDAM, anggota Fraksi Partai Amanat Nasional (FPAN) ini juga berharap agar perusahaan milik daerah ini bekerja sama dengan Dinas Kesehatan dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH). Masyarakat harus mengetahui apakah air PDAM ini layak untuk dikonsumsi atau tidak. Menanggapi hal tersebut, Direktur Utama (Dirut) PDAM Dahron Shaleh mengatakan, secara umum kondisi air cukup layak untuk dikonsumsi masyarakat.PDAM,kata dia,juga terus berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan dan DLH untuk memantau kualitas air. Namun, diakui Dahron, PDAM kerap menghadapi persoalan teknis. Di antaranya, kondisi listrik PLN yang akhir-akhir ini sering mati dan adanya perbaikan di beberapa instalasi pengolahan air bersih serta pipa-pipa penghubung. Selama ini, jelas Dahron, pengolahan air bersih di Kota Yogyakarta masih mengandalkan tenaga listrik dari PLN. ”70% ketersediaan air berasal dari sumur dalam. Sisanya dari mata air dan Sungai Kuning, Kaliurang. Kami sudah menyiasati dengan mengadakan genset sebanyak tiga unit untuk menyedot air di sumur dalam.Tapi, masalahnya, kita kesulitan membeli solar di SPBU,” tandasnya. Pengaruh dari padamnya air, kata dia, air tidak bisa diolah dengan alat yang tersedia. Padahal, keberadaan air yang berasal dari sumur dalam berwarna hitam. Kalaupun listrik menyala,biasanya saat air mengalir pertama kali akan membawa kotoran yang berasal dari kerak-kerak pipa. ”Kami berharap pemerintah bisa mengupayakan kemudahan pembelian solar,”katanya. Dijelaskan Dahron,di Kota Yogyakarta terdapat 36 sumur dalam.Di setiap sumur dalam ini telah disediakan mesinmesin pengolahan air.Saat ini, jumlah pelanggan PDAM sejumlah 34.500. Dia mengklaim, setiap tahunnya, perusahaan daerah ini mampu memberikan pendapat asli daerah (PAD) yang cukup besar. Pada 2006,PAD-nya mencapai Rp1,8 miliar. Untuk 2007 meningkat Rp2,8 miliar. ”Kami berkomitmen selama 2008 ini tidak akan naikan tarif.Meskipun ada kenaikan BBM.Tapi tidak tahu untuk 2009, kalau beban semakin meningkat, bukan tidak mungkin akan dinaikkan lagi,” katanya. (arif budianto) Post Date : 24 Juni 2008 |