Jakarta, Kompas - DPRD DKI mendorong Pemerintah Provinsi DKI menciptakan sis- tem insentif bagi para pengusaha yang beralih dari penggunaan plastik konvensional menjadi plastik mudah diurai. Tanpa insentif, hanya sedikit pengusaha yang mau menggunakan plastik ramah lingkungan.
”Para pengusaha harus diajak peduli terhadap lingkungan dengan cara menggunakan plastik yang mudah diurai, sebagai bahan baku produksi dan sebagai tas plastik,” kata M Sanusi, Ketua Fraksi Gerindra DPRD DKI Jakarta, Minggu (3/9) di Jakarta.
Menurut dia, insentif diperlukan guna merangsang pengusaha segera mengubah plastik konvensional dengan plastik mudah diurai. Insentif itu dapat berupa keringanan biaya angkut sampah dan kemudahan perpanjangan izin usaha.
Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) DKI Edi Kuntadi mengatakan, Kadin mengajak para produsen yang menggunakan bungkus atau bahan baku plastik untuk beralih ke plastik mudah terurai. Para produsen itu mayoritas berada di luar Jakarta sehingga memerlukan pendekatan khusus untuk mengajak mereka mengonversi plastik yang digunakan.
”Para pengusaha harus berkontribusi untuk menjaga kelestarian lingkungan. Jika lingkungan rusak, bisnis mereka juga akan terpengaruh,” kata Edi.
Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta Eko Bharuna mengata- kan, produksi sampah plastik di Jakarta 523,6 ton per hari atau 7,7 persen dari total produksi sampah harian Jakarta. Sampah plastik konvensional yang sulit terurai membuat biaya pengolahan sampah menjadi mahal dan mengotori lingkungan.
”Sampah plastik menyumbat saluran drainase dan memicu genangan saat hujan deras. Sampah plastik yang terbawa sungai sampai ke laut menyebabkan kerusakan karang dan mengganggu pelayaran,” kata Eko. (ECA)
Post Date : 04 Oktober 2010
|