DKP Terus Kaji Masalah Sampah

Sumber:Koran Sindo - 19 Maret 2011
Kategori:Sampah Luar Jakarta

PURWAKARTA– Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kabupaten Purwakarta terus mengkaji pola penanganan sampah agar beban Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cikolotok bisa berkurang.

Belakangan ini penanganan sampah mulai melibatkan desa dan kelurahan, tetapi ternyata belum dapat berjalan efektif. Menurut Kepal DKP Kabupaten Purwakarta Ruslan Subanda, yang terpenting dalam penanganan itu, sampah-sampah harus bisa mendatangkan nilai manfaat bagi masyarakat. Pasalnya, dalam sampah terkandung potensi yang luar biasa untuk terus didayagunakan.

Salah satu yang kini sedang dia pikirkan adalah dengan menjadikan sampah sebagai salah sumber energi. “Dari sampah, terutama jenis organik,sebenarnya bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi bahan bakar atau listrik. Dari dua jenis ini, yang paling memungkinkan adalah digunakan sebagai bahan bakar,karena pemanfaatan untuk listrik sangat dipengaruhi faktor volume sampah itu yang memerlukan kuota cukup besar,” ungkap Ruslan kepada SINDO kemarin.

Dia menyebutkan, volume sampah yang masuk TPA Cikolotok saat ini sebesar 190 ton/hari, dengan kondisi masih tercampur antara organik dan anorganik.Sedangkan untuk dijadikan bahan baku agar dapat menghasilkan energi listrik, minimal dibutuhkan sebanyak 500 ton sampah organik per hari. Dengan demikian, yang paling memungkinkan, adalah dijadikan sumber bahan bakar gas.

Terlebih pemanfaatan untuk keperluan itu tidak perlu teknologi rumit. “Kami sudah berpikir untuk memanfaatkan sampah sebagai sumber bahan bakar,”ujarnya. Menurut dia, peluang sampah dijadikan sebagai sumber energi bahan bakar cukup prospektif. Apalagi, penanganan sampah kini sudah melibatkan desa/kelurahan.Artinya, dari aspek pengangkutan sudah tidak lagi menggunakan armada DKP,tetapi menggunakan kendaraan operasional di masing-masing desa dan kelurahan.

Armada DKP hanya digunakan pengangkutan di jalan- jalan utama. Terkait keberadaan jumlah kendaraan operasional, terang Ruslan, pihaknya telah mengoperasikan 13 unit.Jumlah tersebut diharapkan bisa bertambah dengan penambahan masing- masing wilayah sebanyak satu unit.Begitu pula untuk iuran, diserahkan kepada paguyuban di masing-masing wilayah untuk mengelolanya. Sementara itu, persoalan sampah menjadi pertanyaan sejumlah kelompok masyarakat.

Salah satunya datang dari Komunitas Riksa Situ Buleud (Rasibu).Mereka menilai sampah di kawasan wisata Situ Buleud kerap berserakan mengotori taman-taman yang sudah dibangun.Padahal, kawasan itu kini sudah mendapat pengawasan ketat dari pemerintah setempat, terutama dalam aspek kebersihan. “Kami sering melihat bahwa sampah kerap berserakan. Memang sangat sulit jika belum ada kesadaran membuang sampah pada tempatnya,”ujar Ketua Rasibu Adi Aria Kiansantang. asep supiandi



Post Date : 19 Maret 2011