Jakarta, Kompas - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menggandeng semua pengusaha pasar swalayan modern menggunakan plastik mudah diurai. Penggantian jenis plastik itu diperlukan untuk mengurangi penumpukan sampah dan memperbaiki kualitas lingkungan.
Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta Eko Bharuna, Senin (20/9) di Jakarta Pusat, mengatakan, saat ini Pemprov DKI sedang menyusun aturan yang mewajibkan semua pengusaha memakai tas plastik mudah terurai. Pemprov juga akan menawarkan insentif bagi yang menerapkannya. Namun, aturan itu masih terbentur oleh belum terbitnya peraturan pemerintah (PP) yang mendukung Undang-Undang 18/2008 tentang Pengelolaan Sampah. Jika PP itu terbit, peraturan daerah soal sampah plastik akan lebih mudah disusun.
”DKI belum menentukan jenis insentif apa. Namun, ada niat baik pemerintah untuk memberi penghargaan bagi pengusaha yang menggunakan plastik yang mudah diurai. Sebagian pengusaha sudah menggunakan plastik mudah diurai, tetapi belum semuanya,” kata Eko.
Jumlah produksi sampah plastik mencapai 523,6 ton per hari atau 7,7 persen dari total produksi sampah harian Jakarta. Sampah plastik konvensional yang sulit terurai dan sulit didaur ulang membuat biaya pengolahan sampah menjadi mahal dan mengotori lingkungan.
Ketua Kamar Dagang dan Industri DKI Jakarta Edi Kuntadi mengatakan, pihaknya sedang mengampanyekan penggunaan plastik mudah diurai kepada seluruh pengusaha yang menjadi anggotanya. Penggunaan plastik yang ramah lingkungan harus dilakukan untuk mengurangi pencemaran di Jakarta.
”Para pengusaha diajak untuk berkontribusi terhadap lingkungan dalam bisnis mereka. Konsumen yang sadar lingkungan juga akan lebih memilih bertransaksi dengan pengusaha yang ramah lingkungan,” kata Edi.
Anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta, M Sanusi, mengatakan, insentif bagi para pengusaha perlu diperjelas agar mereka mau segera beralih menggunakan plastik mudah diurai. Harga plastik ramah lingkungan lebih mahal daripada plastik konvensional sehingga pengusaha perlu dorongan insentif untuk beralih.
”Jika banyak pengusaha memakai plastik yang mudah diurai, plastik jenis itu akan diproduksi dalam jumlah besar. Harga plastik itu akan turun mendekati harga plastik konvensional,” kata Sanusi.
Menurut Suhat Miyarso, Sekretaris Perusahaan PT Chandra Asri, pihaknya sudah memproduksi plastik mudah diurai yang harganya hanya 1,5 persen lebih mahal dari plastik konvensional. Selisih harga itu membuat plastik ini dapat digunakan di pasar swalayan sampai pasar tradisional.
Plastik itu akan hancur setelah empat bulan terpapar cuaca dan sinar matahari. Hingga waktu dua tahun, plastik berkode produk SF5008E akan hancur menjadi serpihan di tanah dan dapat diurai oleh mikroba. (ECA)
Post Date : 21 September 2010
|