|
Jakarta, Kompas - Wali Kota Jakarta Pusat Muhayat mengakui, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta hingga saat ini belum mampu mengatasi secara tuntas ancaman banjir dan penyakit demam berdarah dengue (DBB) yang setiap tahun menimpa warganya. Melalui siaran pers yang diterima Kompas, Minggu (12/12), Muhayat mengimbau masyarakat untuk selalu waspada dan siap siaga menghadapi banjir dan DBD. Untuk mengatasi banjir, kata Muhayat, DKI baru mampu membangun pintu air dan menyediakan sarana prasarana yang tahun 2004 ini dianggarkan Rp 400 miliar. "Pemda DKI memang belum mampu secara tuntas mengatasi banjir dan ancaman penyakit DBD karena sangat terkait dengan berbagai pihak. Mulai dari pemerintah pusat hingga masyarakat sendiri," kata Muhayat ketika memimpin apel kesiapsiagaan warga Kelurahan Serdang, Kecamatan Kemayoran, untuk menghadapi banjir dan ancaman DBD. Ditegaskan, banjir yang setiap tahun sudah rutin melanda Jakarta, adalah bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga masyarakat. Sebab, selain diakibatkan oleh 13 sungai yang melintas Jakarta, banjir juga terjadi akibat topografi wilayah Jakarta yang 40 persen berada di bawah permukaan laut. Mengenai daerah rawan banjir, di Jakarta Pusat tercatat 10 titik yang setiap tahun rutin menjadi langganan genangan. Selain Serdang, lokasi rawan genangan itu adalah Jati Pinggir (Petamburan), Mangga Dua, Gunung Sahari, dan Kwitang. Sejumlah langkah yang sudah dilakukan untuk mengantisipasi banjir, kata Muhayat, adalah penurapan dan normalisasi lebih dari 100 saluran besar maupun kecil, serta pengerukan lumpur. Khusus untuk DBD, Muhayat menyatakan, warga tetap diimbau untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk secara rutin dengan kegiatan 3M (menguras dan menutup tempat-tempat penampungan air, dan mengubur benda-benda yang berpotensi menampung air untuk sarang nyamuk. Hingga akhir November lalu, tercatat 2.336 orang dirawat dan delapan orang meninggal akibat DBD. (*/msh) Post Date : 13 Desember 2004 |