|
Medan, Kompas - Puluhan ribu pelanggan Perusahaan Daerah Air Minum Tirtanadi, Medan, Sumatera Utara, mengeluh karena distribusi air ke rumah mereka tersendat beberapa bulan terakhir ini. Kualitas air pun dikeluhkan buruk dan tidak layak minum. Kemacetan suplai air dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi itu meliputi Kecamatan Medan Labuhan, Medan Marelan, Belawan, Tembung, Medan Timur, dan Helvetia. Di daerah-daerah itu air macet rata-rata sejak dua bulan lalu. Di Kelurahan Sungai Mati, Kecamatan Medan Labuhan, air sama sekali tidak keluar selama lima bulan ini. Gangguan distribusi air juga terjadi di luar Medan, seperti di Kabupaten Deli Serdang. "Air dari PDAM di rumah kami sangat hitam, seperti air parit. Terkadang juga ada cacingnya. Kami harus menyaring dengan kain agar bisa digunakan, " kata Novita, warga Tanjung Gusta, Deli Serdang, Rabu (18/5). Kesulitan air Dalam dengar pendapat dengan Komisi C Dewan Perwakilan Daerah (DPRD) Sumut, kemarin, Direktur Utama PDAM Tirtanadi Medan Sjahril Effendi Pasaribu mengakui adanya gangguan distribusi terhadap pelanggan. "Kami kini kesulitan sumber air bersih karena debit air di Sibolangit, pasokan utama air bersih terus menurun, sementara kualitas dan kuantitas air sungai di Medan sebagai sumber air alternatif juga kian berkurang," ujarnya. Direktur Operasional PDAM Tirtanadi Nelson Parapat menyebutkan daerah yang sangat kekurangan air yaitu Belawan. "Belawan butuh air 400-450 liter per detik, tetapi kami hanya mampu menyediakan 190 liter per detik," katanya. Untuk mengatasinya, pihaknya kini membangun instalasi pengolahan air bersih di Kecamatan Hamparan Perak dengan kapasitas 200 liter per detik, diperkirakan selesai Juli 2005 mendatang. Sementara menunggu, PDAM akan membangun sumur bor di Belawan berkapasitas 60 liter per detik, yang diperkirakan selesai tiga pekan mendatang. PDAM Tirtanadi juga tengah membangun sejumlah instalasi baru, seperti sumur bor di Seagul (25 liter per detik), di PTP Belumai (500 liter per detik), dan reservoir di Cemara (4.000 meter kubik per detik). Pembangunan dijadwalkan selesai tahun 2006. Meski demikian, Sjahril khawatir, rencana-rencana itu tidak akan mulus karena akibat pemadaman bergilir oleh PT PLN menyebabkan PDAM memakai genset sehingga biaya operasional meningkat dari Rp 600 juta menjadi Rp 900 juta per bulan. Dan dari 10 cabang PDAM di luar Medan, hanya dua cabang yang menghasilkan keuntungan, yaitu hanya Tapanuli Selatan dan Tapanuli Utara. (aik) Post Date : 19 Mei 2005 |