|
BANDUNG, (PR).- Diskusi "PLTSa Gedebage, Pro dan Kontra" yang digelar di Ruang 26 Campus Center Barat Institut Teknologi Bandung (ITB), Jln. Ganeca 10, Bandung, Selasa (11/3) sempat memanas. Pasalnya, jawaban pembicara tentang dampak terburuk PLTSa, yaitu perubahan fungsi kawasan Gedebage dan alternatif lain pengolahan sampah, tidak memuaskan peserta diskusi yang terdiri atas mahasiswa dan perwakilan "Warga Penolak PLTSa 1.700 KK". Ketua Warga Penolak PLTSa 1.700 KK, Tabroni menanyakan perubahan fungsi wilayah Gedebage dalam tata ruang Kota Bandung dari permukiman menjadi PLTSa. Namun, pembicara yang terdiri atas Wakil Ketua Tim Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) M. Taufik, Ketua Tim Studi Kelayakan PLTSa Gedebage, Dr. Ir. Ari Darmawan Pasek, Dosen Teknik Lingkungan Prof. Dr. Enri Damanhuri, dan Dosen Teknik Kimia Dr. Ir. Mubiar Purwasasmita, tak dapat menjawabnya. Skenario simulasi Soal dampak terburuk yang dapat terjadi dari PLTSa, Enri Damanhuri mengatakan, perlu skenario simulasi dalam Amdal. Dengan begitu, perusahaan pengelola dan pemerintah dapat memperkirakan kemungkinan terburuk yang akan terjadi dan cara untuk mengatasinya. Taufik mengatakan, hasil amdal yang dilakukan tidak menentukan projek PLTSa bisa berjalan atau tidak. Amdal hanya memberikan pertimbangan kepada pemerintah dan investor mengenai situasi dan kondisi berbagai aspek yang berkaitan dengan PLTSa untuk menjadi bahan pertimbangan. Taufik tidak bersedia menjelaskan hasil amdal dengan alasan belum mempresentasikannya kepada investor. (CA-180/CA-188) Post Date : 13 Maret 2008 |