|
JAKARTA -- Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bersama dengan investor akan membangun sistem pengolahan sampah dengan teknologi tinggi di Jakarta Timur. Teknologi dikenal dengan nama intermediate treatment facility (ITF). Sistem pengolahan sampah tersebut akan dijadikan pembangkit listrik tenaga sampah (PLTS) yang memanfaatkan sampah untuk menghasilkan energi listrik. Pembangunan PLTS, menurut Kepala Dinas Kebersihan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Rama Budhi, akan terealisasi pada tahun 2007. Studi kelayakan lingkungan dan pembangunan konstruksi akan dilakukan pada tahun 2006. Rama mengatakan, teknologi yang akan digunakan adalah biometanisasi dan komposting. Sampah organik selain digunakan untuk menghasilkan energi listrik pada biometanisasi, butiran residu bisa digunakan untuk pupuk organik pada sistem komposting. Sedangkan sisa berupa batu dan tanah akan digunakan untuk bahan urukan. Teknologi biometanisasi yang dapat mengolah 1.000 ton per harinya diketahui dapat menghasilkan tenaga listrik sebesar kurang lebih 10 mega watt. Pola pembangunan dengan menggandeng investor dalam negeri akan digunakan dalam proyek pembangunan PLTS. ''Memorandum of Understanding (MoU) dengan PT Indo Enviro Waste Management sudah kami tanda tangani Oktober lalu,'' kata dia, Selasa (29/11). Besarnya dana yang akan dikeluarkan oleh investor belum bisa ditentukan besarnya. ''Besarnya dana masih dibicarakan,'' ujarnya. Teknologi pengolahan sampah tersebut rencananya akan menggunakan areal yang sudah ada, Instalasi Pengolahan Air Kotor (IPAK) yang terletak di Kelurahan Pulo Gebang, Cakung Jakarta Timur. Luas IPAK sekitar empat hektar dan dikelilingi oleh pagar beton setinggi 2,5 meter. Selain akan memanfaatkan IPAK untuk ITF juga akan dibangun infrastruktur pendukung. Di antaranya pembangunan jalan akses menuju lokasi ITF sepanjang 1,5 kilometer. Untuk mengangkut sampahnya akan digunakan unit truk disebut compactor. ''Truk itu mengangkut sampah tanpa mencemari lingkungan baik cairan maupun bau sepanjang jalan yang dilaluinya,'' kata Paimin Napitupulu, asisten Ekonomi dan Pembangunan Pemkot Jaktim. Karena setiap unit truk tertutup rapat dan sudah memiliki penampungan sampah yang mengandung air, tambahnya. Proyek pengolahan sampah di Jakarta Timur, menurut Paimin, akan dijadikan proyek awal dalam pembangunan proyek - proyek pengolahan sampah lainnya di wilayah lain di Propinsi DKI Jakarta. Karena wilayah Jakarta Timur memiliki luas wilayah terbesar di DKI dan jumlah volume sampahnya yang cukup tinggi per harinya. Berdasarkan data, jumlah volume sampah di Jakarta Timur mencapai 6.060 meter kubik per harinya. Dengan presentase terbesar dalam bentuk sampah dari pemukiman dan perkantoran. Paimin juga mengungkapkan, pola penanganan sampah di Jakarta Timur masih sangat tradisional. Dan sangat tergantung pada tempat pembuangan sampah terakhir (TPST) Bantargebang, Bekasi. ''Bila TPST Bantargebang suatu saat menolak, akan menjadi masalah serius bagi warga Jaktim khususnya dan DKI umumnya,'' kata dia. Hadirnya teknologi pengolahan sampah ITF, kata Paimin, sangat berguna bagi warga. Karena selain akan menyerap tenaga kerja, sampah bisa menjadi barang yang berguna. ''Dan di kemudian hari bisa menjadi sumber pendapatan daerah,'' tambahnya. (n c38 ) Post Date : 30 November 2005 |