Sleman, Kompas - Jika pabrik pengolah atau daur ulang sampah plastik dan sampah kimia hadir, warga akan terpacu mengelola sampah secara mandiri. Pemerintah daerah perlu mewujudkannya jika tidak ingin sampah plastik menjadi masalah serius.
Pengelolaan sampah mandiri oleh komunitas warga selalu menjumpai persoalan klasik ketika mendapati sampah plastik. Sampah plastik tipis atau kresek sama sekali tak bisa dimanfaatkan dan susah dijual.
"Sampah plastik aluminium foil seperti bungkus snack atau plastik bening yang tebal bekas bungkus isi ulang sabun atau sampo masih bisa kami pakai lagi untuk membuat kerajinan," ujar Haryadi, pengurus Paguyuban Sukunan Bersemi, Gamping, Sleman, Jumat (23/7).
Akan tetapi, hanya sampah kresek yang masih bagus yang dibeli pengepul. Itu pun harganya Rp 450-Rp 600 per kilogram. Kenyataannya, kondisi sampah kresek umumnya sudah jelek.
Paguyuban Sukunan Bersemi, yang beranggotakan 200 rumah di Dusun Sukunan, Banyuraden, Gamping, mengelola sampah sejak 2003. Di setiap rumah ada tiga kantong sampah, yang masing-masing untuk sampah organik (basah), sampah nonorganik, dan sampah kimia atau yang bisa berbahaya.
Yang terakhir tersebut misalnya sampah berupa baterai, charger, lampu-lampu, dan aki. Sampah jenis ini, menurut Haryadi, juga sulit dijual. Di Sukunan, sampah plastik yang terkumpul sepekan minimal 20 kilogram. Dari pengelolaan sampah mandiri, paguyuban mendapat sekitar Rp 300.000 per bulan.
"Jika Pemkab Sleman bisa mendirikan pabrik atau tempat pengolah sampah plastik dan sampah kimia, gerakan pengelolaan sampah mandiri pasti cepat berkembang. Hanya dua jenis sampah itu yang sulit kami cari solusi untuk menyingkirkannya," katanya.
Baru dipikirkan
Kendala biaya memang menjadi masalah untuk mendirikan pabrik seperti itu. Namun, menurut Kepala Kantor Lingkungan Hidup Sleman Epiphana, hal itu sudah dipikirkan karena upaya masyarakat yang secara mandiri mengelola sampah harus terus didukung pemkab.
"Sejauh ini baru bisa membantu masyarakat dengan memberi informasi pengepul yang mau menampung sampah di masyarakat," ujar Epiphana. (PRA)
Post Date : 24 Juli 2010
|