Dioperasikan, Pengangkatan Air Sungai Bawah Tanah Terbesar

Sumber:Suara Pembaruan - 15 Oktober 2009
Kategori:Air Minum

[YOGYAKARTA] Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Baron, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang didanai Pemerintah Jepang melalui Japan International Cooperation Agency (JICA), sebesar Rp 78,89 miliar dan APBD Provinsi DIY sebesar Rp 7 miliar, resmi dioperasikan pada Rabu (14/10).

Pengangkatan air sungai bawah tanah terbesar ini yang mampu memenuhi kebutuhan air bagi 130.000 warga Gunungkidul di lima kecamatan, yakni Baron meliputi Kemadang dan Planjan, Sub Sistem Bribin Barat meliputi Desa Kemiri, Banjarejo, Ngestirejo dan Hargosari, dan interconet dengan Sub Sistem Ngobaran untuk wilayah Saptosari, Paliyan, Panggang, dan Purwosari.

Direktur Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum (PU) Budi Yuwono mewakili Menteri PU Djoko Kirmanto dan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menghadiri acara peresmian itu, sekaligus menandatangani kesepakatan dengan Bupati Gunungkidul H Suharto.

Dana hibah dari Pemerintah Jepang tersebut direalisasikan dalam bentuk pembangunan intake, pompa, reservoir distribution, pipa transmisi, distribusi pemasangan sambungan rumah (SR), dan hidran umum.

Budi mengatakan, SPAM Baron di Gunungkidul merupakan proyek pengangkatan air sungai bawah tanah dengan dana terbesar di Indonesia. Selama ini, Gunungkidul selalu menjadi berita utama dalam soal kekeringan dan kesengsaraan rakyat yang harus mengorbankan harta bendanya demi membeli air. Kalau mengandalkan air bersih dari tanki swasta, penduduk selalu dihadapkan pada alternatif hidup dengan biaya tinggi.

"Tanki air swasta harus dibeli minimal Rp 100.000 untuk 4.000 liter atau empat meter kubik. Kelak dengan sistem pengangkatan air sungai bawah tanah ini, masyarakat hanya akan membeli air seharga Rp 3.750 per meter kubik. Perbandingannya cukup tajam, meski tetap membayar, namun Rp 24.000 per meter kubik yang harus dibayarkan untuk tangki swasta tentunya menuntut pengorbanan," ujar Budi.

Dengan adanya pasokan air dari sistem Baron ini, diharapkan bisa meringankan beban masyarakat dalam mendapatkan air bersih. Dengan fasilitas sistem penyedia air ini, diharapkan warga memperoleh air minum dengan kualitas yang baik.

Atasi Krisis

Dikatakan, sistem penyediaan air tersebut diharapkan pula dapat mengatasi krisis air di Gunungkidul, terutama wilayah bagian selatan, karena SPAM Baron mampu mengangkat air sungai di bawah tanah dengan debit 100 liter per detik. Ini akan mampu mengaliri 12.500 jaringan pipa air langsung ke rumah penduduk atau yang akan dimanfaatkan oleh sekitar 130.000 warga.

Pengangkatan air sistem Baron ini memanfaatkan energi listrik multiguna dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) dengan tarif lebih mahal daripada listrik industri, yaitu Rp 1.380 per kWh. Untuk penyediaan aliran air selama sebulan, dibutuhkan dana Rp 166 juta-Rp 170 juta per bulan.

Sri Sultan mengatakan, karena biaya operasional ditanggung Pemerintah Kabupaten Gunungkidul, sebelum nantinya dialihkan ke perusahaan daerah air minum (PDAM), SPAM Baron merupakan tanggung jawab bersama, sehingga pemerintah pusat berharap Pemerintah Kabupaten Gunungkidul mengelola dan memelihara fasilitas penyedia air bersih itu secara baik. [152]



Post Date : 15 Oktober 2009