Dinkes Tetapkan KLB Diare

Sumber:Pikiran Rakyat - 29 April 2009
Kategori:Sanitasi

KARAWANG, (PR).- Sebanyak 31 warga Kampung Cisaga RT 23 RW 12 Dusun Sukamulya Desa Mulyasejati Kec. Ciampel Kab. Karawang diserang diare sejak Senin (27/4) malam. Mereka terpaksa dirawat di rumah masing-masing karena letaknya jauh dari puskesmas.

Menjangkitnya penyakit diare di wilayah itu, membuat Dinas Kesehatan (Dinkes) Kab. Karawang segera menetapkan status kejadian luar biasa (KLB).

Berdasarkan informasi yang dihimpun "PR", pasien pertama, Rasih (25), sekitar pukul 22.00 WIB, Senin (27/4) mengalami mual, muntah, dan mencret. Disusul sejam kemudian, Rukmini (45) dan Muryadi (9). Gejala itu juga dibarengi demam tinggi. Pasien terus bertambah menjadi 31 orang hingga Selasa (28/4) siang.

Namun warga tidak dapat membawa para pasien ke puskesmas karena jaraknya yang relatif jauh. Menurut seorang warga bernama Acah (35), jika menggunakan sepeda motor ke puskesmas bisa mencapai waktu 45 menit. Ia pun memilih merawat ibunya, Ita (60) dan anaknya Ipah (10) di rumah sendiri.

Sementara itu, bidan dan dokter puskesmas yang dihubungi, baru datang sekitar pukul 10.00 WIB pagi. Menurut petugas surveillance Puskesmas Ciampel bernama Nanie, informasi itu baru sampai ke puskesmas pada pagi harinya. Begitu dicek ke lokasi, para pasien tengah terbaring di rumah masing-masing. "Mereka mengalami gejala yang sama, yaitu mual, muntah, dan mencret-mencret," kata Nanie.

Bahkan sebelas di antaranya terpaksa dipasang infus karena kehilangan banyak cairan. Mereka adalah Rukmini (45), Aisyah (9), Jaenal (15), Muryadi (9), Ita (60), Sali (25), Nengsih (35), Rasih (25), Asep (20), Masri (7), dan Asep (5).

Sementara itu, yang lainnya hanya diberi obat, yaitu Juna (50), Ami (40), Abidin (45), Saepul (14), Omo (30), Lina (13), Dini (8), Ali (6), Ipah (10), Eni (20), Ajis (5), Irma (10), Onah (30), Darsih (45), Kusnadi (45), Karin (27), Gilang (7), Suhaya (35), Edah (30), dan Hasan (12).

Tidak memiliki jamban

Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinkes, Rokim Hamdani menyebutkan wabah itu dapat dikategorikan KLB karena jumlahnya lebih dari dua kali lipat dari tahun sebelumnya.

Di wilayah itu wabah diare telah terjadi sejak tiga tahun terakhir. Rokim menduga penyebab wabah diare itu adalah pola hidup yang tidak sehat. "Bisa saja mereka menggunakan air tercemar dari sumber yang sama," ujarnya.

Rokim menyebutkan, hujan yang kadang-kadang turun itu bisa saja membawa bakteri dan turun ke sumber air yang selanjutnya dikonsumsi oleh warga.

Ia mengakui masih banyak warga Karawang yang tidak memiliki jamban, meskipun dinkes belum mendapatkan angka riil. Mereka mengandalkan air saluran irigasi untuk memenuhi kebutuhan mandi, mencuci, dan buang air.

Bahkan, berdasarkan Survei Sosial dan Ekonomi Daerah (Suseda) Jawa Barat sebanyak 233.983 rumah tangga atau setara dengan 41 persen rumah tangga di Kab. Karawang, tidak memiliki jamban. Angka tersebut tergolong tinggi dibandingkan dengan Kota/Kabupaten lainnya di Jawa Barat.

Kepala Dusun Sukamulya, Narmin, mengaku bahwa dua ratus Kepala Keluarga di dusunnya itu, memang tidak memiliki jamban dan sumur. Mereka mengandalkan sumber air dari dua sumur yang ada di dekat dusun untuk kebutuhan mandi, cuci, dan air minum, sedangkan, untuk buang air besar, dilakukan di hutan-hutan atau kebun dekat dusun.

Sementara itu, Kepala Seksi Pengamatan Penyakit, Imunisasi, dan Kesehatan Matra Dinas Kesehatan setempat, Rasim berencana melokalisasi para pasien ke posko yang berlokasi di rumah kepala dusun. Hal itu akan memudahkan pengawasan bidan dan dokter yang menjaganya. Akan tetapi warga menolak. Mereka beralasan bahwa pasien sering pusing dan tidak sanggup bangun. Akhirnya mereka kembali dirawat di rumah masing-masing. (A-153)



Post Date : 29 April 2009