|
TANGERANG --Penyebab umum banjir karena ada perubahan tata guna lahan dan sistem drainase yang tak lancar. Menghadapi musim hujan November ini, Sub Dinas Pengairan Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kota Tangerang telah mendirikan posko banjir. Diperkirakan, puncak banjir di Tangerang akan terjadi pada bulan Februari 2005. Kepala posko banjir Dinas PU Kota Tangerang, Ir Suparman Iskandar, ditemui Selasa (23/11) menjelaskan, posko banjir ini telah didirikan sejak 11 November lalu. "Kami menyiapkan sekitar 100 personel untuk antisipasi banjir," kata Suparman. Selain dari dinas PU, ada lagi Satuan Pelaksana (Satlak) Banjir milik Pemkot Tangerang. "Kamis pekan ini (25/11) akan ada apel siaga banjir," tambahnya. Posko banjir ini, kata Suparman, akan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, Tim SAR, dan juga PMI. "Masing-masing instansi juga telah mendirikan posko banjir," kata Suparman.. Menurut Suparman, dalam menghadapi banjir kali ini telah disiapkan lima perahu karet, tiga unit dari SAR Tangerang, dan unit dari Pemkot Tangerang. Juga telah disiapkan pompa berjalan dari Subdin Pengairan sebanyak tiga buah. Selain itu, disediakan pula karung plastik dan kawat bronjong. Selama ini, menurut Suparman, Dinas PU Pengairan telah melakukan upaya penanggulangan banjir dengan pembuatan tanggul, rumah pompa, serta normalisasi saluran air. Upaya ini menurutnya telah berhasil menurunkan ketinggian banjir di beberapa lokasi yang selama ini rawan banjir. Menurut Suparman, di samping curah hujan yang tinggi, penyebab umum banjir karena ada perubahan fungsi tata guna lahan, sistem drainase yang tidak lancar. Selain itu juga disebabkan rendahnya kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah di saluran air, serta kurangnya kesadaran pengembang perumahan membuat sistem drainase yang menyeluruh. Di samping itu, menurut Suparman, kota Tangerang memang terletak di dataran yang rendah. "Ketinggian Tangerang hanya 0-30 meter di atas laut," tuturnya. Yang lebih parah lagi, menurut Suparman, banyak situ yang luasnya menyusut drastis bahkan telah lenyap sejak lama akibat pembangunan. Situ Rawa Kompeni di Kecamatan Benda dan situ Rawa Kambing di Karang Tengah adalah situ yang telah hilang. Keduanya menjadi korban pembangunan jalan tol yang diikuti pembangunan permukiman penduduk. Sementara Situ Bulakan di Periuk, Situ Bojong, dan situ Kunciran di Pinang telah mengalami penyusutan. Luas situ Bojong yang semula enam hektare kini tinggal 6.000 meter persegi. Demikian pula Situ Kunciran dari enam hektare tinggal 4.000 meter persegi. Praktis tinggal tiga situ di Kota Tangerang yang masih bertahan yaitu Situ Cipondoh, Cangkring, dan Situ Besar. Daerah pemukiman rawan banjir di Tangerang menurut data posko meliputi Kecamatan Ciledug, Kecamatan Periuk, Kecamatan Karawaci, Jatiuwung, Benda. Daerah rawan banjir ini bisa mengalami rendaman air hingga setinggi 50 cm. Agus Sarulloh, ketua PMI Kota Tangerang mengatakan bahwa relawan PMI telah siap untuk melakukan pertolongan pada korban banjir. "Kami biasanya bertugas membuat dapur umum selama warga tidak bisa memasak akibat banjir," kata Agus. Tahun 2003 lalu PMI telah mengadakan dapur umum di lokasi banjir dekat bandara walaupun menurutnya belum bisa secara maksimal. PMI, menurut Agus, biasanya meminjam perahu karet dari TNI untuk melakukan pertolongan pada korban banjir. Laporan : c21 Post Date : 24 November 2004 |