Dilema Pengelolaan Sampah Kota

Sumber:Kompas - 23 April 2010
Kategori:Sampah Luar Jakarta

Pemerintah Kota - Palembang masih menghadapi satu masalah serius, yakni tentang mengelola sampah perkotaan yang volumenya terus meningkat. Masalah yang dihadapi terkait strategi penanganan sampah pada masa kini dan mendatang. Untuk menuntaskan persoalan sampah ini, dibutuhkan kerja keras dan komitmen pemerintah, warga, dan pemegang kebijakan terkait.

Hal ini mengemuka dalam seminar lingkungan bertajuk ”Dilema Pengelolaan Sampah Perkotaan” di Universitas Sriwijaya, Selasa (20/4). Seminar yang digagas mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sriwijaya dalam rangka peringatan Hari Bumi, 22 April 2010, dihadiri Pembantu Rektor III Unsri Anis Sagaf, Dekan Fakultas Ekonomi Unsri Syamsurijal, Staf Ahli Pemerintah Kota Palembang Bidang Ekonomi Pembangunan dan Investasi Lukman Hakim, mahasiswa, dan pelajar di Kota Palembang.

Di forum itu, Lukman Hakim melontarkan pernyataan mengejutkan, yakni Pemerintah Kota Palembang baru bisa menangani 2.600 meter kubik sampah atau 70 persen dari total volume sekitar 3.500 meter kubik per hari.

Bahkan, dari volume sampah yang harus diangkut ke tempat pembuangan akhir sebanyak 15.000 meter kubik per bulan, kebanyakan berasal dari sampah pasar dan rumah tangga. ”Kami memperkirakan ada sekitar 400 meter kubik sampah yang tak terangkut per hari. Hal ini belum termasuk peningkatan volume sampah menjelang perayaan hari besar dan musim buah,” kata Lukman.

Yang menjadi persoalan, kata Lukman, adalah adanya keterbatasan sarana, prasarana, dan sumber daya manusia.

Menurut Kepala Dinas Kebersihan Kota Pemerintah Palembang Zulfikri Simin, untuk mengangkut ratusan ton sampah di kota dengan luas mencapai 14.000 kilometer per segi ini, pihaknya hanya memiliki 96 truk dengan macam-macam kondisi. Selain itu, jumlah anggota staf pengangkut sampah sebanyak 1.230 orang.

”Jika dilihat dari efisiensi kinerja, jelas sumber daya yang kami miliki tidak akan bisa bekerja efektif. Kami butuh tambahan SDM dan sarana prasarana. Selain itu, tempat pembuangan sampah akhir juga perlu diperluas,” katanya.

Bagi Anis Sagaf, hal ini merupakan persoalan serius yang harus segera dicari penyelesaiannya. Bagaimanapun, sampah bukan lagi jadi persoalan sepele. Apalagi di tengah menguatnya isu kecintaan terhadap lingkungan hidup. Namun, perlu diingat, sampah perlu diolah menjadi nilai ekonomis. (ONI)



Post Date : 23 April 2010