|
BOGOR (Media): Penyebab wabah muntaber di Pondok Pesantren (Ponpes) Ummul Quro Al-Islami yang menyebabkan satu santri tewas, diduga kuat berasal dari air minum. Dua tahun terakhir pondok pesantren yang berlokasi di Kampung Lalamping, Desa Leuwimekar, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, itu mengolah air hujan dan mata air setempat untuk air minum. Hal itu dikatakan pendiri sekaligus pimpinan Ponpes Ummul Quro Helmy Abdul Mubin, kepada Media kemarin. Menurut Helmy, hal tersebut terpaksa dilakukan mengingat distribusi air dari perusahaan daerah air minum (PDAM) tidak lancar. Bahkan bisa dikatakan, aliran air dari PDAM itu mati total. Padahal, katanya, pihaknya telah melakukan kewajiban pembayaran untuk tiap bulannya. "Kami kecewa dengan PDAM Kabupaten Bogor, padahal kami taat membayar Rp90 ribu per bulan dan lokasi PDAM Leuwiliang cukup dekat dengan kami. Hanya di sini saja yang mati, padahal kami langganan PDAM sejak pertama kali berdiri, yakni tahun 1994," ujarnya. Selain air hujan, selama dua tahun itu juga pihaknya juga terpaksa mengambil air dari mata air yang biasa digunakan penduduk dengan menggunakan mobil dengan menggunakan tangki air besar. "Karena hujan tidak turun tiap hari, kami pun mengambil air di tempat pengambilan air warga Karacak yang jaraknya dari sini sekitar 5 kilometer. Dalam sehari, kurang lebih 4.000 liter air dalam empat tangki, yang kami ambil," katanya. Helmy mengatakan, karena keterbatasan air itu juga pihaknya hanya mengolah tampungan air hujan dan air dari mata air dengan cara menyaringnya dengan alat berupa tabung-tabung penyaringan yang dibelinya seharga Rp6,5 juta. Alat itu disebut bio crystal energy water system. Setelah melalui penyaringan dengan alat tersebut, petugas dapur memasaknya untuk dijadikan air minum. Ketika soal kesulitan air ini dikonfirmasi ke PDAM Tirta Kahuripan Kabupaten Bogor, Sutisna bagian Humas mengatakan pihaknya belum mendapat laporan. ''Tapi kami akan segera menindaklanjuti informasi ini dan turun langsung ke lokasi," kata Sutisna. Sementara itu, dari 37 santri yang menjalani perawatan di Ponpes Ummul Quro, kemarin tinggal 15 santri saja. Sedangkan yang menjalani perawatan di RS Marzoeki Mahdi Cilendek, Kota Bogor, tinggal lima santri karena delapan santri sudah dipulangkan kemarin siang. "Alhamdulillah, keadaan sudah membaik. Semoga tidak ada korban lagi. Untuk mensterilkan tempat ini, saya meliburkan para santri selama 1 minggu. Hanya santri yang rumahnya jauh di luar daerah, tidak kami pulangkan. Dan untuk saat ini kami lebih berhati-hati dan menjaga soal kebersihan makanan," katanya. (DD/J-2) Post Date : 20 September 2005 |