Didik Cinta Air sejak Dini

Sumber:Kompas - 16 Juni 2009
Kategori:Air Minum

Air banyak kegunaannya. Sepertinya aku hidup tergantung air. Tanpa air kita bisa mendapatkan penyakit diabetes. Oh...aku ingin berjanji. Janjiku adalah menghemat air dan mengurangi minuman yang berwarna. Aku ingin sehat dan menjadi ilmuwan tentang air.

Bagi orang dewasa, kalimat yang ditulis Destianti, siswi kelas V SD Indriyasana Bandung, ini mungkin terasa lugu. Apalagi bicara mengenai janji, orang dewasa mungkin sudah akrab dengan pengingkaran terhadap janji. Akibatnya, janji sering ditanggapi secara apatis.

Destianti tak sendirian menyatakan janji. Lebih dari 1.000 anak sebaya Destianti berani menuliskan janji mereka terhadap air di selembar kertas. Dalam acara puncak Gerakan Cinta Air di Kota Baru Parahyangan, Minggu (14/6), kertas-kertas itu disusun dan dipajang. Pajangan kertas itu seolah menjadi dekorasi bagi berbagai kegiatan lain yang digelar, seperti aneka permainan yang menggunakan air, olimpiade air yaitu mengerjakan berbagai soal dengan topik air, dan pencatatan rekor minum air embun terbanyak oleh Museum Rekor Indonesia.

Sejak beberapa bulan sebelum acara puncak, kampanye cinta air sudah dilaksanakan di TK-TK dan SD-SD di Bandung. Kegiatan yang dilakukan antara lain pemutaran film pendek tentang penciptaan air, fungsi air bagi makhluk hidup, siklus air di dunia, dan akibat dari air yang tak sehat.

Anak-anak diajak melakukan observasi langsung, antara lain dengan mengunjungi Sungai Citarum dan Gunung Puntang. Dari dua tempat itu, anak-anak mendapat pembelajaran langsung tentang perbedaan kualitas air serta penyebab dan akibatnya. Dari keprihatinan

Sherly Megawangi, pengelola Spice, pemrakarsa kegiatan, mengatakan, kegiatan ini sengaja disasarkan untuk anak-anak. Ide kegiatan bermula dari keprihatinan tentang kondisi air di Kota Bandung, bahkan Indonesia. "Pada musim hujan, air melimpah, bahkan sampai menimbulkan banjir. Sebaliknya, saat musim kemarau, kita sering kekurangan air," kata Sherly.

Krisis air pada musim kemarau menunjukkan ketidakmampuan mengelola air yang melimpah pada musim hujan. "Dibandingkan Singapura, teknologi pengolahan air kita jauh ketinggalan. Mungkin karena kita belum terlalu merasa kekurangan air," kata Sherly.

Itu sebabnya, kunjungan ke Singapura dipilih sebagai hadiah bagi pemenang olimpiade air. "Mereka akan diajak mengunjungi instalasi pengolahan air di Singapura yang sudah memakai teknologi modern," katanya.

Kondisi kontras saat musim hujan dan kemarau tak lepas dari perilaku manusia. "Melalui Gerakan Cinta Air, kami ingin membuka wawasan anak-anak tentang pentingnya air. Tak hanya anak-anak, guru-guru juga dilibatkan," ujarnya. (LIS DHANIATI/DIDIT PUTRA ERLANGGA RAHARDJO)



Post Date : 16 Juni 2009