DIBUANG SAYANG

Sumber:Media Indonesia - 22 Januari 2010
Kategori:Sampah Jakarta

SEKITAR 30 orang tertangkap aparat gabungan saat membuang sampah sembarangan di area Terminal Kalideres, Jakarta Barat, beberapa waktu lalu. Itu merupakan bukti bahwa kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya memang belum dimiliki. Mayoritas penduduk Indonesia dari kaum marginal hingga kalangan menengah atas belum memiliki kesadaran itu. Penumpang mobil mewah varian terbaru kadang terlihat membuang puntung rokok atau bungkus permen melalui jendela kendaraan.

Pemandangan seperti itu seolah mengungkap bahwa permasalahan bukan hanya pada pengelolaan sampah, melainkan juga bagaimana mengubah perilaku masyarakat agar membuang sampah pada tempatnya Pengelolaan sampah memang telah menjadi sebuah permasalahan di Indonesia. Se makin hari sampah bukannya semakin berkurang, justru semakin menumpuk dan bertambah.

Di Jakarta, misalnya, volume sampah yang masuk mencapai 6.500 ton per hari. Menurut Kepala Dinas Kebersihan DKI Jakarta Eko Baruna, untuk mengurangi volume sampah, pengelolaan sampah tidak lagi menggunakan cara lama, yakni kumpulkan dan buang. Masyarakat sebaiknya tidak sekadar membuang sampah pada tempatnya, tetapi juga dapat mengolah sampah menjadi barang yang bernilai manfaat. Jika kondisi tersebut terwujud, volume sampah yang masuk ke tempat pembuangan akhir (TPA) berkurang.

Menurut Wali Kota Jakarta Pusat Sylviana Murni, konsep pengelolaan sebaiknya berbasis masyarakat. Dengan masyarakat yang bertanggung jawab beban pun dapat terbagi. "Kami hanya membantu memberikan pelatihan mendaur ulang sampah di masyarakat setiap dua minggu sekali yang bergilir dari RW satu ke RW lain," kata Sylviana.

Peduli sampah Penumpukan sampah yang ada di lingkungan rumah tangga dapat dilakukan dengan memisahkan sampah basah dan kering. Kemudian sampah tersebut bisa didaur ulang. Sampah basah dapat didaur ulang menjadi kompos, sedangkan sampah kering dapat dijadikan kerajinan. Hal itu dilakukan warga RW 08 Petojo Utara, Jakarta Pusat. Adalah Ketua Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) RW 08 Petojo Utara Hera Yunita yang awalnya mengajak warga untuk peduli sampah dengan cara mendaur ulang.

"Terus terang mengubah perilaku masyarakat peduli akan sampah membutuhkan proses panjang. Saya harus mengawali dengan memberi contoh dan mempraktikkan," tutur Hera kepada Media Indonesia, kemarin. Hera mengajak masyarakat agar sampah rumah tangga tidak diangkut ke tempat pembuangan akhir, tetapi dikumpulkan dengan terlebih dahulu dipisahkan antara sampah basah dan kering. Khusus untuk sampah basah, di setiap RT ada satu orang kader yang menyediakan ember kompos ukuran 25 kg sehingga setiap warga tinggal datang membawa sampah tersebut. Namun sebelum dikumpulkan, sampah basah seperti sisa makanan atau sisa-sisa sayuran dipotong halus untuk memudahkan proses pembusukan. Daur ulang sampah menjadi kompos dapat menghasilkan tambahan uang karena 1 kg kompos dapat dijual Rp2.500.

Hera menambahkan, sampah basah merupakan cara termudah untuk mendaur ulang. Sampah kering seperti plastik pembungkus kopi, sabun, pewangi, mi instan, dan sedotan dikumpulkan oleh satu kelompok warga yang terdiri atas tiga orang. Seperti halnya sampah basah, sampah kering juga harus dibersihkan terlebih dahulu.

Sampah kering itu oleh mereka kemudian diubah menjadi kerajinan. Setiap kelompok dapat menghasilkan 40 barang kerajinan setiap bulan.

"Dengan sampah kering itu mereka dapat membuat tas, dompet, taplak meja, dan sajadah. Barang daur ulang tersebut dijual beragam dari Rp20 ribu hingga Rp150 ribu," ujar Hera. Rina Garmina



Post Date : 22 Januari 2010