|
Denpasar (Bali Post) Air sumur dan sumber air subak di Badung dikhawatirkan akan menyusut menyusul makin tingginya eksploitasi air bawah tanah untuk kepentingan bisnis. Di sejumlah tempat di Badung Selatan bahkan air sumur warga belakangan menurun tajam beberapa tahun belakangan. Demikian diungkapkan sejumlah anggota DPRD Badung, Senin (21/11) kemarin. Terkait pengelolaan air bawah tanah tersebut, Komisi C sempat sidak ke sejumlah perusahaan air kemasan yang banyak menggunakan air bawah tanah. ''Penggunaan air bawah tanah begitu besar untuk bisnis. Ini membahayakan,'' ujar Ketua Komisi C Suwardana, S.Sos. usai meninjau pabrik air minum kemasan Aqua di Mambal, kemarin. Dipastikan perusahaan tersebut sedikitnya menyedot air bawah tanah 250 juta liter per tahunnya. Ini terlihat dari penyisihan kontribusi sebesar Rp 250 juta setahun untuk desa adat setempat. ''Tiap liter air disisihkan Rp 1 untuk adat,'' tambah Citra Umbara, S.E. Komisi C juga meninjau perusahaan sejenis yang juga cukup besar menggunakan air bawah tanah. Sementara itu anggota Dewan Drs. Suiasa dan Ir. IGA Bhuminata mengatakan penggunaan air bawah tanah di sektor pariwisata bahkan sangat tinggi. Diprediksi banyak yang tak berizin. Keduanya mengaku khawatir dengan tingginya penyedotan air bawah tanah di Badung. ''Selain sumur rakyat bisa surut, juga bahaya interusi air laut akan sulit dihindari,'' tegas Bhuminata. Terbukti di kawasan Badung Selatan air sumur rakyat terus menyusut dan adanya pencemaran air laut ke sumber-sumber air rakyat. Tingginya penggunaan air bawah tanah oleh pelaku bisnis tidak terlepas dari pertimbangan harga dan kontrol. Mereka lebih suka mengelola air bawah tanah secara langsung dibandingkan air PDAM karena lebih murah. ''Tak tertutup kemungkinan terjadi pencurian air bawah tanah,'' jelas sejumlah anggota Dewan. Kadis Pertambangan Badung Made Badra belum lama ini mengatakan dari pengecekan di lapangan memang ditemukan ada pengusaha yang menggunakan air bawah tanah tanpa meter alias ilegal. Pihaknya secara bertahap telah melakukan pembinaan. Pemasukan dari ABT setahunnya cukup besar, tak kurang dari Rp 3 milyar. Angka tersebut, menurut kalangan Dewan sebenarnya bisa dilipatgandakan lagi, sebab banyak potensi yang masih belum maksimal tergarap. Komisi C melihat potensi air di Badung untuk bisnis air kemasan sangat tinggi. Cuma sayangnya kontribusinya masih belum pasti. Penggunaan air bawah tanah belakangan ini juga makin pesat menyusul gebrakan PDAM Badung masuk ke desa-desa membangun sumur bor dengan tujuan untuk pelayanan konsumen yang saat ini sedikitnya 3.000 calon masih antre. Menurut Citra Umbara, apapun dalihnya pemanfaatan air bawah tanah jangan sampai mengganggu kepentingan rakyat kecil. (031) Post Date : 22 November 2005 |