Diare Serang Tiga Desa di Polman Sepekan 217 Penderita, Seorang Meninggal

Sumber:Fajar Pos - 03 Juni 2009
Kategori:Sanitasi

POLEWALI -- Wabah diare menyerang Kabupaten Polewali Mandar (Polman). Penyakit berak encer disertai muntah-muntah itu menyerang tiga desa di Kecamatan Luyo, akhir pekan lalu. Dalam sepekan tercatat 217 penderita. Bahkan seorang di antaranya meninggal.Pada 2008 hingga awal 2009, diare dinyatakan kejadian luar biasa (KLB) di Polman. Penderitanya menyapai 1.300 orang yang tersebar di seluruh kecamatan se Polman. Dari jumlah itu, 27 orang di antaranya meninggal.

Selasa 2 Juni, seorang anak, Ramli, 10 tahun, warga Desa Pussui dirawat intensif di Puskesmas Wonomulyo karena menderita diare. Kemudian tiga desa di Kecamatan Luyo yang terserang diare masing-masing Pussui, Tenggelang, dan Desa Sambali-wali. Desa tersebut dalam wilayah kerja Puskesmas Batupanga.

Penderita diare yang meninggal bernama Hasni, tiga tahun, warga Desa Tenggelang. Selain Puskesmas Batupanga, tidak sedikit warga juga terserang diare di wilayah Puskesmas Campalagian. Data yang diperoleh menyebutkan, kasus diare di dua puskesmas tersebut, sejak Januari hingga akhir Mei 2009 tercatat 1.381 orang. Di Campalagian, seorang penderita meninggal, awal April lalu.

Kepala Bidang (Kabid) Pengendalian Masalah Kesehatan (PMK) Dinas Kesehatan (Diskes) Polman, drg Hartini membenarkan tentang adanya wabah diare tersebut.

Diskes telah melakukan antisipasi agar diare tidak meluas dengan menyiagakan petugas puskesmas dan membentuk posko pelayanan di desa selama 1 x 24 jam. "Memang diare muncul lagi di beberapa desa. Tapi kita sudah melakukan upaya antisipasi agar tidak meluas," ujar Hartini.

Hartini mengatakan, Puskesmas Batupanga yang dinilai cukup rawan wabah diare mendapat perhatian khusus Diskes dengan menambah persediaan oralit dan cairan infus. Dari hasil survei lance Diskes menyebutkan, diare di wilayah itu disebabkan kebiasaan masyarakat mengonsumsi air yang tidak dimasak.

Sosialisasi mengenai perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yang sudah dilakukan selama ini katanya, belum banyak mengubah kebiasaan masyarakat tersebut. "Sangat dibutuhkan keterpaduan semua pihak, terutama pemerintah desa dan tokoh masyarakat untuk mengubah kebiasaan masyarakat," tandasnya. (mdl)



Post Date : 03 Juni 2009