|
Palu, Kompas - Sebanyak 16 orang dari 60 penderita diare meninggal dunia di Desa Lombok, Kecamatan Tinombo, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, dalam sebulan terakhir. Para korban meninggal akibat terlambat ditangani tenaga kesehatan. Kepala Dinas Kesehatan Sulteng Abdullah, Rabu (18/7), mengatakan, Desa Lombok tak memiliki sarana kesehatan dan tenaga medis. Warga desa yang ada di pegunungan itu harus berjalan kaki selama empat jam ke ibu kota Kecamatan Tinombo. Saat diare mulai menyerang, pertengahan Juni lalu, tidak ada warga yang berobat ke puskesmas karena masih sangat memercayai pengobatan tradisional. Warga Desa Lombok, kata Abdullah, termasuk masyarakat nomaden atau sering berpindah-pindah. Rumah warga juga terpencar dengan sekitar 10 rumah di satu lokasi. "Bila ada anggota keluarga meninggal dunia, mereka akan meninggalkan rumah dan pindah ke tempat lain," kata Abdullah. Kaligis, Kepala Desa Lombok, menambahkan, puluhan warga telah meninggalkan rumah mereka sejak pekan lalu karena banyak warga yang meninggal. Warga mengungsi karena takut tertular penyakit dan menganggap rumah tidak pantas lagi ditempati karena telah ada anggota keluarga yang meninggal. Untuk mengetahui penyebab wabah, Dinas Kesehatan Sulteng menurunkan tim medis ke desa tersebut. Tim menyimpulkan, diare menyerang karena sumber air tercemar kotoran manusia. Menurut Abdullah dan Kaligis, kesadaran warga desa tentang sanitasi masih rendah. Mereka terbiasa minum air tanpa dimasak dan buang hajat di sembarang tempat, termasuk di sekitar sumber air. Untuk itu, penyuluhan akan dilaksanakan secara rutin di desa itu. (REI) Post Date : 19 Juli 2007 |