|
Kupang, Kompas - Penyakit diare kembali mewabah di empat desa Kabupaten Timor Tengah Selatan hingga menyebabkan 10 orang tewas dan 193 lainnya dirawat. Korban tewas akibat diare di Nusa Tenggara Timur total mencapai sekitar 52 orang. Hal itu diungkapkan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) Markus Ringhuta kepada Kompas, Jumat (25/2) pagi. Dia mengungkapkan temuannya setelah pemantauan seharian pada Kamis (24/2) di Nunkolo, sekitar 85 kilometer di pedalaman Soe. Sebelumnya dilaporkan, diare melanda beberapa daerah di NTT, yakni Flores Timur, Lembata, Belu, dan Manggarai Barat, Kupang dan Sikka. Tercatat 42 orang tewas dan sekitar 2.017 penderita lagi harus dirawat di beberapa pusat kesehatan masyarakat di masing-masing kabupaten. Empat desa Kali ini diare menyerang empat desa di pedalaman TTS, sekitar 200 kilometer dari Kupang. Wabah diare menyerang tiga desa lainnya, yakni Toi, Nifuleo, dan Lanu-semuanya terpencil, berada di Kecamatan Amanatun Selatan. "Diketahui, 10 orang tewas dan 193 orang lagi dirawat," jelas Markus. Di Desa Toi, sebanyak 27 orang menderita dan tiga orang tewas, di Nifuleo ada 13 kasus dan tiga meninggal, di Lanu ada 68 kasus dan dua orang tewas. Di Desa Nunkolo, Kecamatan Nukolo, ada dua tewas dan 85 orang dirawat. Para penderita dirawat di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Oenlasi, yang melayani dua kecamatan tadi. Korban tewas dan penderita yang masih dirawat umumnya berusia di atas 15 tahun. Dia menjelaskan, kondisi alam berkaitan dengan air minum atau air bersih menjadi pemicu munculnya diare. "Pada musim kemarau, airnya sangat susah. Di musim hujan, meski air melimpah tetapi tercemar, keruh," katanya. Markus menduga kuat, diare muncul karena warga mengonsumsi air yang tercemar, sebab tidak ada pilihan lain. (CAL) Post Date : 26 Februari 2005 |