|
Kupang, Kompas - Wabah diare yang disebabkan kuman E Coli semakin meluas di beberapa kabupaten di Nusa Tenggara Timur. Setelah 16 orang dewasa dan anak-anak meninggal di tujuh kecamatan di Flores Timur, dari Belu dilaporkan dua orang tewas, dan di Kupang juga dua orang tewas, sehingga menjadi 20 orang tewas di NTT karena diare. Sebelumnya diberitakan, dalam sebulan terakhir ini 16 orang tewas (10 dewasa, enam anak) di Flores Timur setelah terserang diare. Penyebabnya adalah kuman E Coli yang mencemari sumber air bersih yang dikonsumsi warga, seperti sumur, air leding, bak penampung, dan mobil tangki. Fransiska Palan Bolen, Kepala Bagian Kesejahteraan pada Posko Satkorlak NTT kemarin menjelaskan, berdasarkan laporan dari berbagai daerah, diare sudah mewabah, seperti di Kabupaten Ende, Sikka, Flores Timur, Kota Kupang, Kabupaten Kupang, dan Belu. Wabah diare di Flotim telah mencapai tingkat yang amat mencemaskan. Kata Bolen, di daerah ini minimnya sumber air bersih menjadi masalah. Bolen mengatakan, Gubernur Piet Alexander Tallo amat prihatin ketika mendengar wabah diare di Flores Timur mencapai 16 tewas dan 993 orang sempat dirawat. Setelah Posko Satkorlak NTT meminta laporan dari berbagai daerah, diketahui di Belu dan Kupang masing-masing terdapat dua orang tewas. Katanya, tampaknya pemerintah kabupaten/kota, terutama dinas terkait, sangat lamban memberikan laporan tentang perkembangan penyakit yang membawa korban jiwa di daerahnya. Semestinya, sekecil berapa pun jumlah korban tewas dan penderita yang dirawat, tetap harus dilaporkan ke provinsi. Kepala Dinas Kesehatan Belu, Samuel Malessy melaporkan, selama Januari ini hingga tanggal 25, ditemukan 24 orang penderita baru diare. Meski dua orang di antaranya meninggal, tidak ada peningkatan kasus. Sarana air bersih yang tersedia di rumah-rumah penduduk umumnya sumur biasa. Ada juga yang menggunakan bak penampung, yang airnya diisi oleh mobil-mobil tangki. Samuel menjelaskan, khusus di daerah permukiman kembali eks pengungsi Timor Timur air bersih tidak cukup tersedia. Rekomendasi yang diberikan Samuel adalah agar warga mengonsumsi air bersih setelah dimasak hingga matang pada suhu tinggi. "Mencuci tangan sebelum makan dan minum, serta membuang air besar di tempat yang sudah tersedia, dan jangan di sembarang tempat," katanya.(CAL) Post Date : 27 Januari 2005 |