Diare Masih Jadi Pembunuh

Sumber:Pikiran Rakyat - 11 November 2007
Kategori:Sanitasi
BANDUNG, (PR).-Tingkat kematian diare pada usia anak masih sangat tinggi, mencapai 5 juta balita per tahun di dunia. Sebanyak 80% di antara kematian tersebut, terjadi sebelum menginjak usia 2 tahun.

Hal itu diungkapkan dokter spesialis anak dari RS Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, dr. Ina Rosalina, Sp.AK. M.kes, saat ditemui dalam Simposium 50 Tahun Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) di Hotel Horison, Jln. Pelajar Pejuang, Bandung, Sabtu (10/11).

Diare masih menjadi penyebab kematian di negara berkembang seperti Indonesia. Penularan penyakit melalui oral tersebut, mengakibatkan 200-400 dari 1.000 orang mengalami diare tiap tahunnya, ujarnya.

Penyakit diare lebih tersebar di kawasan perdesaan. Hal itu disebabkan genangan air hujan yang tercemar bibit penyakit, kemudian dikonsumsi masyarakat. Bahkan setiap tahun, tren penderita diare terus meningkat.

Tahun 2006, kata dr. Ina, jumlah penderita diare di Indonesia mencapai 26.000 jiwa. Sedangkan tahun ini, sampai Oktober 2007, jumlahnya sudah mencapai 23.000 jiwa.

Karena sanitasi lingkungan yang buruk, kejadian diare akut pada anak cenderung meningkat. Berdasarkan aturan World Health Organization (WHO), diare akut berlangsung ketika penyakit tersebut terjadi secara mendadak pada bayi/anak yang berlangsung tidak lebih dari 14 hari.

Dokter Ina menambahkan, diare yang disebabkan virus lebih banyak terjadi dibandingkan diare akibat bakteri. Salah satu virus penyebab diare, yaitu rotavirus yang sebagian besar dialami bayi usia 6-24 bulan.

Suplemen seng

Guna mengurangi tingkat kejadian diare pada anak, menurut dr. Ina, sejak Mei 2004 WHO memberikan rekomendasi agar para dokter memberikan suplemen zing atau seng, di samping pemberian cairan oralit untuk rehidrasi oral. Seng akan memelihara integritas epitel dan jaringan, dengan menyokong pertumbuhan sel dan menekan apoptosis (anti oksidan) . Selain itu, seng melindungi dari kerusakan radikal bebas selama diare berlangsung.

Tingkat kekebalan tubuh penderita meningkat, sehingga proses penyembuhannya lebih cepat, ujarnya.

Berdasarkan penelitian di Indonesia, anak usia di bawah 36 bulan mengalami penurunan durasi diare sebesar 11% ketika diberi tablet seng dengan dosis 4-5 mg/kgbb/hari.

Menurut Ina, selama ini orang tua sering salah melakukan tindakan untuk mengurangi durasi diare yang dialami para balita. Orang sering salah memberi obat diare kepada balita, bahkan menggunakan obat mampet padahal itu dilarang. Saat ini, tablet zing sedang diproduksi sehingga nanti bisa tersosialisasikan sampai ke desa, ujarnya.

Dokter Ina juga menambahkan, dengan mengonsumsi seng, penderita diare menjadi lebih cepat pulih sehingga dapat mengurangi biaya perawatan medis. (A-158)



Post Date : 11 November 2007