Diare Masal, 2 Tewas

Sumber:Indo Pos - 26 Februari 2007
Kategori:Sanitasi
BLITAR- Penyakit di musim hujan semakin menggila saja. Kemarin, sedikitnya 300 warga Dusun Cungkup, Desa Ngrendeng, Kecamatan Selorejo, terserang diare masal. Bahkan dua di antaranya meninggal lantaran terlambat di bawa ke dokter. Yakni Jumaiyah, 45, dan Gimin, 50.

Kini sebagian besar pasien menjalani rawat jalan. Sebagian menghuni di puskesmas setempat, sementara sisanya berada di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ngudi Waluyo Wlingi. Pihak rumah sakit menyatakan siap untuk menampung luberan pasien dari Selorejo dan sekitarnya.

Di antara pasien yang dirawat di RS milik Pemkab Blitar itu; Mangun, 82, Dawam, 60, Jiyem, 60, Tumiyem, 65, keempatnya warga Desa Ngrendeng Kecamatan Selorejo. Mereka dalam pengawasan intensif di ruang Dahlia I.

Maklum, sebagian penderita diare saat dibawa ke rumah sakit dalam keadaan dehidrasi atau kekurangan cairan tubuh parah. Cairan dalam tubuh terkuras habis usai para penderita muntah dan buang air besar (BAB) secara terus menerus dalam sehari. Sementara penderita mengaku tak ada nafsu makan. Dokter dan perawat terus memberikan cairan infuse guna menghindari dehidrasi berat.

Menurut warga, serangan diare atau gastro entrithis (GE) itu dialami warga dalam kurun satu minggu ini. Mereka sebenarnya tak mengetahui persis awal kali pertama.

"Biasa-biasa saja, jumlahnya tidak banyak sekitar 10-20 warga. Tetapi dalam waktu satu minggu ini meningkat drastis hingga mencapai 300 warga lebih. Semuanya berasal dari satu desa," kata Sugiono, 40, salah satu warga yang kemarin membawa dua saudaranya ke RSUD Wlingi.

Sampai saat ini, lanjut Sugiono, belum dipastikan penyebab penyebaran diare. Hanya mereka menduga karena meminum air dari pipa yang dialirkan ke rumah warga.

Untuk diketahui, Desa Ngrendeng dihuni sekitar 6.000 jiwa. Mereka mendapat air dari sumber air di gunung yang disalurkan ke rumah-rumah melalui pipa-pipa kecil. Dalam kurun empat bulan ini, airnya tak lagi jernih. Namun sedikit keputih-pituhan.

"Biasanya juga tidak apa-apa. Entah mengapa kok tiba-tiba perut jadi mulas usai makan dan minum. Baru kali ini saya mengalami diare. Saya tidak kuat," kata Dawam seraya memegangi perutnya di ruang Dahlia.

Sampai saat ini sebagian warga masih belum berani mengkonsumsi air dari pipa yang dialirkan dari sumber setempat. "Khawatir saja, bisa-bisa nanti malah diare," kata Mujadi, salah satu warga yang lain.

Dirut RSUD Ngudi Waluyo dr Budi Winarno membenarkan jika rumah sakit yang dipimpinnya disiagakan terkait lonjakan pasien diare. "Benar kami diminta siaga. Puskesmas Selorejo memberitahukan kepada kami tak lama lagi ada lonjakan diare yang dirujuk ke RSUD," kata Budi.

Untuk menyiapkan lonjakan pasien diare, pihaknya sudah mengeluarkan 32 bed atau kasur yang tersebar di berbagai ruangan. Namun, lantaran diare masuk dalam katagori menular, akhirnya dipusatkan di ruang Dahlia. "Total bednya sebanyak 179, tetapi itu sudah terisi penuh semua. Makanya kami sediakan lagi 39 bed," tambah Budi.

Apakah diare kali ini dinyatakan berstatus kejadian luar biasa (KLB)? Hingga kini, Budi belum bisa memastikan. Yang berhak menentukan KLB adalah dinas kesehatan (Dinkes) atas petunjuk dari bupati setempat. "Yang jelas, akibat lonjakan pasien diare ini, rumah sakit penuh pasien," pungkasnya. (ziz)



Post Date : 26 Februari 2007